Selandia Baru melaporkan tidak ada kasus virus corona baru hari Senin (4/5). Situasi ini adalah yang pertama kalinya sejak pertengahan Maret lalu.
Tonggak ini dicapai sepekan setelah negara itu mulai melonggarkan aturan-aturan lockdown yang ketat yang diberlakukan selama satu bulan, sementara pemerintah berupaya menghentikan penyebaran virus corona.
“Jelas ini merupakan angka-angka yang membesarkan hati hari ini, tetapi ini hanya satu momen dalam satu waktu,” kata Dirjen Kesehatan Ashley Bloomfield.
“Ujian sesungguhnya adalah akhir pekan ini sewaktu kita memasukkan faktor periode inkubasi virus dan waktu yang diperlukan seseorang menunjukkan gejala-gejala yang pada umumnya muncul lima hingga enam hari setelah terpapar,” jelas Bloomfield.
BACA JUGA: Selandia Baru Perlahan-lahan Kembali Normal setelah ‘Lockdown’Meskipun Selandia Baru telah mencapai kemajuan signifikan dalam melawan virus dengan 1.500 kasus terkonfirmasi dan 20 kematian, negara itu mengambil tindakan berhati-hati dalam mengubah langkah-langkah tinggal di rumah. Kebanyakan sekolah masih tutup, begitu pula toko-toko dan restoran.
Italia, salah satu negara yang terpukul paling parah, memulai proses pembukaan kembali pada hari Senin (4/5). Pabrik dan pekerja konstruksi diizinkan kembali bekerja. Masyarakat juga diperbolehkan berjalan-jalan dan mengunjungi kerabat, sementara restoran akan diizinkan memberi layanan makanan dibawa pulang.
Negara ini telah mengukuhkan lebih dari 210 ribu kasus dan sekitar 29 ribu kematian. Para pejabat kesehatan melaporkan 174 kematian lagi hari Minggu (3/5), angka kematian terendah dalam kurun sekitar dua bulan.
BACA JUGA: Jumlah Kematian Akibat Covid-19 di Inggris Tertinggi Ketiga di DuniaKomuter yang menggunakan transportasi umum di Spanyol diharuskan mengenakan masker pada hari Senin (4/5), hari pertama pelonggaran lockdown, sementara para pejabat kesehatan melaporkan 164 kematian baru.
Enam juta masker tersedia untuk dibagikan gratis di berbagai stasiun di sistem angkatan umum di Madrid, Barcelona, Mallorca, Valencia dan kota-kota lain.
Bisnis juga mulai kembali beroperasi hari Senin (4/5) di beberapa bagian Malaysia, sewaktu PM Muhyiddin Yassin melonggarkan pembatasan lockdown yang semula dijadwalkan berakhir pada 12 Mei.
BACA JUGA: Malaysia akan Longgarkan Restriksi Terkait COVID-19Pemerintahan Yassin termasuk satu di antara banyak negara lain di berbagai penjuru dunia yang sedang mempertimbangkan cara menyeimbangkan langkah-langkah untuk menghentikan penyebaran virus corona dan keinginan untuk membuat aktivitas ekonomi berjalan.
Para pejabat kesehatan telah memperingatkan agar tidak terlalu cepat membuka kembali aktivitas dan berisiko menghadapi gelombang penularan baru, yang akan menghapus kemajuan yang dicapai dalam beberapa pekan ini di beberapa daerah yang dikenai lockdown.
Virus corona telah menegangkan sistem layanan kesehatan dan memaksa pemerintah negara-negara untuk mengambil pendekatan baru untuk meningkatkan kapasitas perawatan pasien.
BACA JUGA: Sekjen PBB: ‘Tragedi’ Karena Dunia Tidak Ambil Pendekatan Terpadu Melawan COVID-19Di Mexico City, para pejabat mengubah arena balapan Formula Satu menjadi pusat-pusat kesehatan dengan sekitar 200 tempat tidur serta fasilitas untuk konsultasi bagi mereka yang melapor menunjukkan gejala terjangkit COVID-19.
PM Jepang Shinzo Abe diperkirakan akan mengumumkan bahwa pemerintahannya memperpanjang situasi darurat di Jepang hingga akhir bulan ini.
Restriksi itu dijadwalkan berakhir hari Rabu (6/5) di Jepang yang melaporkan sekitar 15 ribu kasus dan 500 kematian.
BACA JUGA: PM Jepang akan Perpanjang Situasi Darurat karena CoronaFokus utama dalam menghadapi COVID-19 adalah membuat vaksin, yang oleh Organisasi Kesehatan Dunia sekarang ini mencakup sekitar 90 formula potensial di beberapa negara.
Vaksin-vaksin itu harus dites baik untuk keselamatan maupun untuk membuktikan keampuhannya sebelum dosis yang tepat diproduksi untuk umum. Para pejabat kesehatan telah memperingatkan bahwa proses ini dapat memerlukan waktu 12 hingga 18 bulan.
BACA JUGA: Menlu AS: Banyak Bukti Covid-19 Berasal dari Laboratorium WuhanTetapi Presiden AS Donald Trump bersikap lebih optimistis hari Minggu (3/5), dengan mengatakan bahwa menurutnya akan ada vaksin pada akhir tahun ini.
Ada lebih dari 3,5 juta kasus COVID-19 terkonfirmasi di seluruh dunia, dengan hampir 250 ribu kematian akibat virus itu. [uh/ab]