Senator Australia Undang ICC Selidiki Tuduhan Kejahatan Perang

  • Associated Press

Tentara sedang menanti helikopter mendarat di tengah perang Afghanistan. Seorang senator mengundang Mahkamah Pidana Internasional (ICC) untuk menyelidiki apa yang diketahui para komandan militer Australia tentang tuduhan kejahatan perang di Afghanistan

Seorang senator mengundang Mahkamah Pidana Internasional (ICC) untuk menyelidiki apa yang diketahui para komandan militer Australia tentang tuduhan kejahatan perang di Afghanistan dalam upaya untuk menekan pemerintah Australia untuk meluncurkan penyelidikan sendiri.

Senator Jacqui Lambie, seorang legislator independen yang berpengaruh, mengajukan permohonan itu ke pengadilan yang berbasis di Den Haag tersebut pada hari Selasa (20/6) karena ia berpendapat bahwa para komandan militer belum dimintai pertanggungjawaban atas dugaan kejahatan perang tentara mereka.

“Pemerintah, tidak diragukan lagi, berharap ini semua akan hilang begitu saja. Mereka berharap warga Australia akan lupa bahwa ketika dugaan kejahatan perang di Afghanistan diselidiki, para komandannya dibiarkan bebas, sementara para tentara mereka ditindak,” kata Lambie kepada Senat.

“Ada budaya menutup-nutupi di tingkat tertinggi Angkatan Bersenjata Australia,” tambah Lambie, mantan kopral angjkatan darat.

Gedung Mahkamah Pidana Internasional di Den Haag, Belanda, Rabu, 31 Maret 2021. (Foto: AP)

ICC memiliki kewajiban untuk mengadili kejahatan perang yang dilakukan oleh penandatangan Statuta Roma, termasuk Australia, ketika negara tersebut “tidak mau atau tidak mampu” untuk mengadili, menurut pemerintah Australia.

Australia telah menghindari keterlibatan ICC sejauh ini dengan meluncurkan investigasi kejahatan perangnya sendiri di bawah Mayor Jenderal Paul Brereton, seorang hakim dan tentara cadangan.

Laporan Brereton, dirilis pada tahun 2020 setelah penyelidikan selama empat tahun, menemukan bukti bahwa pasukan Australia secara tidak sah membunuh 39 tahanan, petani, dan warga sipil Afghanistan. Laporan itu merekomendasikan 19 tentara elit dan mantan tentara menghadapi penyelidikan kriminal.

Tuduhan pidana pertama atas dugaan pembunuhan ilegal di Afghanistan diajukan pada bulan Maret. Mantan prajurit Resimen Layanan Udara Khusus (SAS) Oliver Schulz, 41, didakwa membunuh seorang Afghanistan yang ditembak pada 2012 di ladang gandum di Provinsi Uruzgan.

BACA JUGA: Veteran Perang Australia yang Jadi Pusat Kontroversi Mundur dari Pekerjaannya

Ben Roberts-Smith, anggota angkatan bersenjata Australia yang paling dihormati ketika ia meninggalkan SAS pada tahun 2013, juga sedang dalam penyelidikan polisi.

Mantan kopral berusia 44 tahun itu, yang dianugerahi Victoria Cross dan Medal for Gallantry untuk pengabdiannya di Afghanistan, kalah dalam kasus pencemaran nama baik pada 1 Juni ketika Pengadilan Federal menemukan tuduhan kejahatan perang terhadapnya yang diterbitkan di sejumlah surat kabar, termasuk empat pembunuhan melanggar hukum, itu benar.

Pengacara Lambie, Glenn Kolomeitz, mengatakan ada ruang untuk penyelidikan ICC karena Brereton belum menyelidiki peran komandan dalam dugaan kejahatan perang.

ICC dapat mencari tahu bahwa komandan "tahu atau seharusnya tahu" tentang perilaku illegal itu, kata Kolomeitz.

BACA JUGA: Veteran Perang Australia Peraih Banyak Penghargaan Dinyatakan Bersalah Bunuh Tahanan di Afghanistan

Kolomeitz berharap keterlibatan ICC akan mendorong Australia untuk memperluas penyelidikan kejahatan perangnya sendiri kepada para komandan.

“Tanggung jawab kemudian akan berada pada Pemerintah Australia untuk memberikan beberapa pertimbangan serius mengapa Australia tidak menyelidiki aspek tanggung jawab komando di Afghanistan dan apa yang akan kami lakukan tentang itu,” kata Kolomeitz kepada wartawan.

"Tujuan kami adalah membuat kami, Australia, menyelidiki dengan benar ... tuduhan kriminalitas," tambahnya. [ab/lt]