10 Sandera Warga Indonesia di Filipina Telah Dibebaskan

Keluarga WN Indonesia mendoakan keselamatan 10 WNI yang disandera Kelompok Abu Sayyaf, Poso, Sulawesi Tengah

10 WN Indonesia yang disandera militan Abu Sayyaf telah dibebaskan. Para warga Indonesia itu tampak sehat wal afiat ketika mereka diturunkan Minggu sore di depan rumah gubernur provinsi Sulu di kota Jolo.

Militan Abu Sayyaf telah membebaskan 10 orang awak kapal Indonesia yang diculik di laut bulan Maret dalam serangan pertama dari tiga serangan terhadap kapal tunda yang menimbulkan kekhawatiran keamanan, kata para pejabat hari Minggu.

Para warga Indonesia itu tampak sehat wal afiat ketika mereka diturunkan Minggu sore di depan rumah gubernur provinsi Sulu di kota Jolo, kata kepala kepolisian kota itu, Junpikar Sitin. Ke-10 pria itu kemudian dibawa ke sebuah kamp militer Filipina dan pengaturan sedang dilakukan untuk menyerahkan mereka kepada para pejabat Indonesia.

Sebuah foto yang diperlihatkan Associated Press menunjukkan pria yang tersengat terik matahari itu yang mengenakan kemeja baru dan makan nasi serta ayam bersama gubernur Sulu di sebuah serambi rumahnya di samping kebun gaya Jepang. Dalam foto lain, sebagian dari pria itu merokok dan menikmati kopi sementara yang lainnya duduk beristirahat di kursi.

Walikota Jolo, Hussin Amin, menyambut baik pembebasan warga Indonesia itu, tetapi mengatakan ia tidak tahu apakah ada pembayaran uang tebusan.

“Kalau pembebasan besar ini diperoleh dengan membayar uang, orang yang membayarnya membantu Abu Sayyaf,” katanya. “Uang ini akan digunakan untuk membeli senjata api lagi dan akan digunakan untuk dana operasi oleh para penjahat tersebut.”

Seorang perwira angkatan darat yang turut membantu mengurus pembebasan dari penculikan oleh Abu Sayyaf mengatakan seorang komandan pemberontak dari Front Pembebasan Nasional Moro telah menandatangani persetujuan perdamaian dengan pemerintah Filipina. Ia turut berunding dengan Abu Sayyaf untuk pembebasan warga Indonesia itu.

Para sandera dikawal dari kamp di hutan Sulu dan ditinggalkan di luar rumah gubernur Abdusakur Tan II, kata perwira angkatan darat itu melalui telepon dengan syarat namanya tidak disebut karena ia tidak berwenang berbicara kepada para wartawan. [gp]