Serangan Luas Israel Terhadap Hizbullah di Lebanon, Sedikitnya 180 Tewas

Asap mengepul di Lebanon selatan menyusul serangan Israel, di tengah permusuhan lintas batas yang sedang berlangsung antara Hizbullah dan pasukan Israel, seperti yang terlihat dari Tyre, Lebanon selatan, 23 September 2024. (Aziz Taher/REUTERS)

Israel meluaskan perangnya terhadap militan Hizbullah di Lebanon pada hari Senin (23/9), menewaskan sedikitnya 180 orang dan melukai lebih dari 700 lainnya dalam serangan udara baru besar-besaran yang meningkatkan kekhawatiran akan perang habis-habisan.

Militer Israel mengatakan mereka menyerang lebih dari 300 target, sedangkan kantor berita pemerintah Lebanon melaporkan serangan hebat di banyak wilayah di bagian selatan negara itu.

Militer Israel memperingatkan warga di Lembah Bekaa di bagian timur Lebanon agar menjauhi gudang-gudang persediaan senjata Hizbullah.

“Kami terus memantau persiapan Hizbullah di lapangan untuk secara proaktif menggagalkan serangan terhadap wilayah Israel, dan kami secara sistematis memperluas serangan terhadap Hizbullah,” kata juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari kepada wartawan.

Ribuan orang telah melarikan diri dari bagian selatan Lebanon, menimbulkan kemacetan di jalan raya utama menuju Beirut.

Hagari mengatakan dalam sebuah pesan video bahwa pasukan Israel

bertindak sebagai tanggapan atas indikasi bahwa Hizbullah sedang menyiapkan penembakan terhadap teritori Israel.

Ia mengatakan Hizbullah menyimpan rudal-rudal, drone dan senjata lainnya di wilayah-wilayah sipil, dan ia mengatakan Israel menganjurkan warga Lebanon agar meninggalkan daerah di mana Hizbullah berada.

“Kami beroperasi untuk mencapai seluruh tujuan perang kami,” kata Hagari. “Di Gaza, untuk melucuti Hamas dan membawa pulang seluruh sandera. Dan di bagian utara, untuk menghilangkan ancaman dari Hizbullah dan memungkinkan warga dari bagian utara Israel untuk kembali dengan selamat ke rumah mereka.”

Hizbullah mengatakan pihaknya menanggapi dengan menembakkan puluhan roket ke berbagai target militer Israel di bagian utara negara itu pada hari Senin.

Pertahanan udara Israel juga mencegat sebuah drone pada hari Senin pagi yang diluncurkan oleh sebuah kelompok militan pro-Iran di Irak.

Kelompok Perlawanan Islami di Irak mengatakan mereka menargetkan sebuah pangkalan Israel.

Lonjakan pertempuran di perbatasan Israel-Lebanon selama sepekan ini mendorong Departemen Luar Negeri AS untuk mengeluarkan peringatan perjalanan baru yang mendesak warga negara AS agar meninggalkan Lebanon dengan pesawat komersial selagi mereka masih memiliki opsi tersebut.

Hizbullah dan pasukan Israel saling menembakkan ratusan rudal pada hari Minggu, sementara PM Israel Benjamin Netanyahu berjanji akan melakukan “apa pun yang diperlukan” untuk memulihkan keamanan di Israel Utara.

Netanyahu mengatakan Israel dalam beberapa hari terakhiri ini telah “menghantam Hizbullah dengan serangkaian pukulan yang tidak pernah mereka bayangkan,” seraya menyebut itu sebagai sebuah “pesan.”

Serangan bolak-balik itu mencakup pembalasan Hizbullah atas serangan Israel yang menewaskan para petinggi militer Hizbullah di Beirut pada hari Jumat, sementara kelompok militan itu menyalahkan Israel karena meledakkan dari jarak jauh bahan peledak di dalam penyeranta (pager) dan walkie-talkie di Lebanon, yang menewaskan sedikitnya 32 orang, dan melukai ribuan orang.

Wakil Sekjen Hizbullh Naim Qassem mengatakan Hizbullah telah memulai fase baru dalam perangnya melawan Israel, yang ia gambarkan sebagai “pertempuran perhitungan tanpa akhir”.

Di Washington, Pentagon mengatakan bahwa Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin memberitahu sejawatnya, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, dalam percakapan telepon Minggu malam bahwa AS mendukung hak Israel untuk membela diri, tetapi “menekankan pentingnya mencari jalan bagi solusi diplomatik yang akan memungkinkan warga di kedua sisi perbatasan kembali ke rumah mereka secepat dan seaman mungkin.”

Juru bicara keamanan nasional AS John Kirby hari Minggu dalam acara “This Week” di stasiun TV ABC News bahwa Israel dan Hizbullah harus menahan diri untuk mencegah konflik itu meruncing menjadi perang habis-habisan. [uh/ka]