Kebakaran yang berkobar tak terkendali di salah satu fasilitas minyak utama di Libya utara hari Kamis (21/1), setelah militan menyerang tangki penyimpanan minyak dengan roket.
Belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, tetapi pihak berwenang Libya menyalahkan ISIS, yang ingin mengambil keuntungan dari vakum kekuasaan di negara itu.
Seorang pejabat Perusahaan Minyak Nasional menyebut kebakaran di fasilitas Ras Lanouf sebuah "bencana lingkungan," mengatakan kebakaran mengakibatkan sejumlah besar orang tercekik karena asap hitam di udara. Ia mengatakan serangan roket yang menimbulkan kebakaran itu juga memutuskan aliran listrik ke rumah- rumah dan perusahaan.
Sebanyak 3 juta barel minyak diduga hilang selain 4 juta barel hancur dalam pertempuran awal bulan ini.
ISIS berusaha mengambil alih fasilitas minyak Libya yang lumpuh, yang selanjutnya akan memberi kelompok teror itu pengaruh lebih besar untuk mengambil alih kekuasaan dan pengaruh di negara itu. Pemerintah persatuan yang baru terbentuk di Libya belum mampu menunjukkan wewenang kekuasaannya.
Pemerintah yang diakui secara internasional yang berpusat di Tobruk dan pemerintahan Islam di Tripoli menandatangani kesepakatan yang ditengahi PBB untuk membentuk pemerintah minggu ini. Tetapi kedua parlemen yang bersaing belum menyetujui kesepakatan itu.
Libya berada dalam kekacauan politik sejak diktator Moammar Gaddafi digulingkan dan dibunuh pada tahun 2011.
Kekacauan telah mempengaruhi industri minyak sektor utama dari ekonomi Libya. [sp/ds]