Serangan Taliban Terhadap Kelompok Media Afghanistan Dikecam Luas

Polisi Afghanistan dan petugas pemadam kebakaran memeriksa bus yang hancur akibat serangan bom di dekat Kedutaan Rusia di Kabul, Afghanistan (20/1).

Taliban mengaku bertanggung jawab atas kekerasan itu dengan menyatakan serangan itu dimaksudkan untuk menghukum Tolo TV karena menayangkan program-program anti-Afghan dan anti-Taliban.

Serangan bom bunuh diri Taliban terhadap kelompok media swasta terkemuka Afghanistan, Tolo News telah menimbulkan kemarahan besar di dalam dan di luar negeri, dan dikecam luas sebagai serangan terhadap kebebasan berbicara.

Pengeboman itu terjadi di bagian barat Kabul hari Rabu malam (20/1), sewaktu pelaku menabrakkan mobil bermuatan bahan peledak ke sebuah minibus yang mengangkut para pegawai stasiun televisi itu dari kantor ke rumah mereka. Ledakan itu menewaskan sedikitnya tujuh orang dan melukai 24 lainnya. Di antara korban terdapat perempuan dan anak-anak.

Berbicara kepada wartawan di Kabul hari Kamis (21/1), juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan Sediq Seddiqi mengatakan serangan itu sedang diselidiki dan ia berjanji akan meningkatkan pengamanan terhadap pekerja media dengan berkonsultasi dengan organisasi mereka.

Taliban mengaku bertanggung jawab atas kekerasan itu dengan menyatakan serangan itu dimaksudkan untuk menghukum Tolo TV karena menayangkan program-program anti-Afghan dan anti-Taliban.

Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA) mengutuk serangan itu dan menegaskan bahwa para wartawan, sebagaimana warga sipil, tidak boleh menjadi sasaran serangan atau ancaman.

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid dalam pernyataan yang dikirim kepada wartawan tidak lama setelah pengeboman itu juga menuduh Tolo menjadi “dinas mata-mata” dan memperingatkan yang lainnya agar tidak melakukan aktivitas semacam itu. “Jika mereka tidak menghentikan aktivitas jahat mereka, ini tidak akan menjadi serangan terakhir terhadap mereka,” tambahnya.

Sebagai stasiun televisi terbesar di Afghanistan, Tolo News mempekerjakan puluhan wartawan, banyak di antaranya ditempatkan di provinsi-provinsi yang mudah bergejolak dan mereka aktif meliput pertempuran antara pasukan keamanan nasional dan pemberontak Taliban.

Taliban pada Oktober lalu menyatakan telah menetapkan Tolo dan stasiun-stasiun televisi Afghanistan lainnya sebagai “sasaran-sasaran militer” karena dituduh menayangkan laporan tak berdasar dan tidak akurat untuk “memfitnah” Taliban. Kelompok ini secara khusus menyebut tentang tuduhan pemerkosaan dan kejahatan lain oleh Taliban sewaktu kelompok itu menguasai sebentar kota di bagian utara, Kunduz, pada bulan September.

“Serangan-serangan yang dimaksudkan untuk menghancurkan organisasi-organisasi media independen di Afghanistan merupakan serangan langsung terhadap hal mendasar terhadap demokrasi Afghanistan, yakni pers yang bebas dan terbuka,” sebut Komite untuk Melindungi Wartawan (CPJ) yang berbasis di New York.

CPJ meminta pemerintah Afghanistan agar memburu dan menghukum pelaku kejahatan tersebut sesegera mungkin.

Serangan terhadap Tolo TV merupakan “kekejaman yang dirancang untuk merongrong kebebasan media yang masih rapuh di Afghanistan,” sebut Human Rights Watch. [uh]