Serangan Udara AS Tewaskan Komandan Taliban Afghanistan

Pejuang Taliban di provinsi Herat, Afghanistan (foto: ilustrasi).

Pejabat senior Taliban mengatakan serangan yang diduga oleh pesawat tak berawak Amerika telah menewaskan seorang komandan Taliban. Komandan yang dilaporkan tewas tersebut adalah orang yang mengatakan kepada Sersan Angkatan Darat AS Bowe Bergdahl, “Jangan kembali ke Afghanistan,” beberapa saat sebelum tentara AS itu diserahkan kepada militer AS dalam pertukaran tawanan tiga tahun lalu.

Namun, militer AS mengatakan kepada VOA hari Jumat, "Baik pasukan AS di Afghanistan maupun misi Resolute Support tidak melangsungkan serangan apapun di Pakistan atau di daerah perbatasan Afghanistan pada hari Kamis."

Sumber Taliban menegaskan Jumat (3/3) bahwa Qari Abdullah Mairaj adalah salah satu dari dua orang yang tewas dihantam misil AS pada hari sebelumnya di provinsi Khost Afghanistan tenggara, yang berbatasan dengan Pakistan.

Kelompok pemberontak itu sepakat untuk membebaskan Bergdahl setelah ditawan hampir lima tahun dalam pertukaran dengan lima anggota Taliban yang ditahan di Teluk Guantanamo, Kuba.

Taliban kemudian merilis sebuah video mengenai transfer pada Mei 2014 di distrik Ali Sher itu, menunjukkan seorang pria bertopeng mengatakan kepada Bergdahl dalam bahasa Pashto. "Jangan kembali ke Afghanistan. Lain kali Anda tidak akan keluar dalam keadaan hidup."

Taliban kemudian mengidentifikasi pria bertopeng itu sebagai Qari Abdullah Mairaj, dan sumber yang dekat dengan kelompok tersebut mengatakan dia di antara mereka yang tewas dalam serangan udara hari Kamis. Sumber-sumber itu tidak membahas rincian tentang militan lain yang tewas bersama Mairaj.

Laporan Kamis mengatakan dua militan sedang mengendarai sepeda motor di Kurram ketika pesawat tak berawak menyasar mereka. Dengan komentar militer AS Jumat bahwa mereka tidak melakukan serangan itu, tidak jelas bagaimana persisnya militan tersebut tewas. Demikian juga, sulit untuk segera memastikan lokasi insiden tersebut karena wilayah perbatasan Pakistan-Afghanistan yang bergolak itu tidak bisa diakses wartawan dan pekerja bantuan. [as]