Tuduhan-tuduhan bahwa sejumlah pejabat perusahaan perumahan negara Korea Selatan mencoba memanfaatkan informasi orang dalam untuk menarik keuntungan dari harga rumah yang tidak terkendali telah membakar isu yang menguras dukungan bagi partai yang berkuasa menjelang sejumlah pemilu penting.
Polisi mengatakan, Selasa (9/3), mereka menggeledah kantor pusat Korea Land and Housing Corporation di Jinju, di sebelah selatan Seoul, untuk mengumpulkan bukti adanya spekulasi properti ilegal yang dilakukan sejumlah karyawan.
Penggerebekan polisi itu berlangsung satu hari setelah Presiden Moon Jae-in menyerukan penyelidikan atas tuduhan bahwa setidaknya 13 karyawan Korea Land and Housing memanfaatkan informasi orang dalam dan membeli lahan yang belum dikembangkan di dekat Seoul sebelum pemerintah meluncurkan proyek pengembangan kota baru di daerah tersebut.
Harga rata-rata apartemen di Seoul -- di mana sekitar seperlima dari penduduk Korea Selatan tinggal -- telah melonjak hampir 60 persen sejak Mei 2017 ketika Moon mulai menjabat, meskipun ada intervensi pemerintah berulang kali untuk mencoba mengontrol harga.
Keterjangkauan perumahan telah menjadi masalah politik bagi Moon, yang tingkat dukungannya yang tinggi secara historis telah terkikis oleh berbagai skandal, pengangguran tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang lambat.
BACA JUGA: Korsel Berupaya Jaga Rahasia Perdagangannya dari ChinaKehebohan terkait spekulasi properti mencuat sebulan sebelum pemilihan sela yang akan memutuskan beberapa posisi penting, termasuk wali kota dari dua kota terbesar di negara itu, Seoul dan Busan.
Jajak-jajak pendapat menunjukkan Partai Demokrat, partai Moon, kemungkinan akan kehilangan kendali atas kota Seoul untuk pertama kalinya dalam satu dekade, dan akan kesulitan mempertahankan kekuasaan di Busan setelah walikota petahana mengundurkan diri di tengah skandal pelecehan seksual.
Dengan satu tahun tersisa sebelum pemilu presiden nasional berikutnya, jajak-jajak pendapat juga menunjukkan skandal perumahan meningkatkan dukungan bagi oposisi konservatif, yang sebelumnya berantakan sejak pemakzulan mantan Presiden Park Geun-hye pada 2017.
Tuduhan-tuduhan perdagangan orang dalam (insider trading) muncul pekan lalu setelah sejumlah kelompok sipil menuduh belasan karyawan dan mantan karyawan Korea Land and Housing Corporation membeli lahan di dua kota satelit, Gwangmyeong dan Siheung di Provinsi Gyeonggi, kurang dari 20 kilometer dari barat daya Seoul.
Salah satu kelompok itu, kelompok pengacara HAM Minbyun, mengatakan sejak April 2018 hingga Juni 2020 sejumlah karyawan perusahaan perumahan negara itu dan pasangan mereka telah membeli total 10 bidang lahan seharga $8,8 juta. [ab/uh]