Sehari setelah Turki memecat lebih dari 2.400 personel militer, Dewan Militer Tertinggi Turki mengadakan pertemuan yang direncanakan secara tergesa-gesa dalam upaya menggalang kembali keutuhan.
Para pemimpin militer Turki kini bertugas mencari pengganti 149 jenderal dan laksamana, hampir separuh dari 358 petinggi militer seniornya, yang dicurigai terlibat dalam upaya kudeta yang gagal 15 Juli lalu.
Pertemuan Kamis (28/7) pagi ini diikuti Perdana Menteri Binali Yildirim dan para panglima Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara Turki.
Pemerintah Turki juga bertindak untuk menutup 131 saluran televisi, surat kabar dan media.
Namun, meskipun militer Turki mengalami kekacauan, kelompok pemberontak Kurdi, atau PKK, tidak melancarkan serangan, sementara partai pro-Kurdi yang utama bergabung dengan partai oposisi dan menentang kudeta ini.
Spekulasi semakin besar bahwa proses perdamaian yang mandek antara pemerintah Turki dan pemberontak Kurdi akan dilanjutkan.
Jenderal Adem Huduti, komandan Second Army Turki, adalah perwira paling senior yang ditahan sehubungan penumpasan kudeta ini. Huduti memimpin operasi melawan PKK sejak terjadi pertempuran lagi menyusul kemacetan proses perdamaian.
Banyak pasukan khusus dan komando Turki yang bertempur di garis depan melawan PKK juga ditahan sehubungan kudeta yang gagal ini. Tetapi pemberontak sejauh ini tidak memanfaatkan situasi kacau dalam militer Turki ini.
Ayse Sozen Usluer, kepala hubungan internasional dari presiden Turki, menekankan bahwa tidak ada perubahan kebijakan terhadap PKK, tetapi dia tidak mengabaikan kemungkinan konflik ini akan dipecahkan lewat jalur politik. [jm/uh]