Sri Lanka Hadapi Pemberontakan Politik dalam Pemilihan Presiden

Menteri Kesehatan Sri Lanka, Maithripala Sirisena (Foto: dok).

Menteri Kesehatan Sri Lanka, Maithripala Sirisena, pembantu dekat Rajapaksa dan orang ke- 2 dalam Partai Kebebasan milik presiden, akan mencalonkan diri sebagai kandidat oposisi dalam pemilu.

Hingga beberapa minggu lalu, pemilu mendatang di Sri Lanka tampaknya sekedar formalitas. Kelihatannya tidak ada yang dapat menahan Presiden Mahinda Rajapaksa menduduki masa jabatan untuk ke-3 kalinya.

Ia adalah presiden yang dianggap sebagai raja, setelah menumpas pemberontakan Macan Tamil tahun 2009 dan mengakhiri 25 tahun perang saudara di negara pulau itu.

Rajapaksa adalah seorang ahli kampanye yang berkharisma dengan banyak dana. Ia telah mengubah pemerintah ke dalam sebuah bisnis keluarga, dengan saudara laki-lakinya yang berkuasa dalam politik, anak laki-laki dan keponakan laki-laki yang semuanya dapat membantu pencalonannya.

Tetapi waktu berubah dengan cepat. Kini, sebuah pemberontakan di dalam pemerintahannya mengancam kekuasaan Rajapaksa.

Menteri Kesehatan, Maithripala Sirisena, pembantu dekat Rajapaksa dan orang ke- 2 dalam Partai Kebebasan milik presiden, secara rahasia dalam konferensi pers akhir November mengumumkan akan mencalonkan diri sebagai kandidat oposisi dalam pemilu Kamis.

“Satu keluarga telah memegang perekonomian negara, kekayaan, administrasi dan pengelolaan partai politik”, kata Sirisena kepada wartawan. Ia mengatakan pada acara kampanye, bahwa Rajapaksa mulai percaya dukungan publik setelah perang berakhir dan mungkin ia berpikir ia bisa menjadi raja yang sesungguhnya”.

Rajapaksa dengan penuh percaya diri menyerukan diadakan pemilu 2 tahun sebelum jadwal sebenarnya, dengan harapan akan memenangkan pemilu untuk masa jabatan ke-3 selama enam tahun, sebelum ingatan para pemilih tentang kemenangannya melawan Macan Tamil, memudar. Hari berikutnya, Sirisenayang secara publik meminta Rajapaksa mencalonkan lagi, membuat kejutan dengan mengumumkan pencalonannya sendiri.