Strategi Khusus Diberlakukan untuk Atasi Masalah Daging Sapi

  • Iris Gera

Para pedagang daging menunggu pembeli di kios daging di sebuah pasar di Jakarta (foto:dok). Pemerintah memberlakukan strategi khusus untuk atasi masalah daging sapi.

Pemerintah akan menggunakan strategi khusus untuk mengendalikan harga dan stok daging sapi, namun organisasi kemasyarakatan menilai pemerintah tidak realistis.
Masih tingginya harga daging sapi dipasar yaitu sekitar Rp 100 ribu per kilo gram membuat pemerintah berencana memberlakukan strategi khusus.

Kepada pers di Jakarta Jum’at, Menteri Pertanian Suswono mengatakan strategi tersebut diantaranya menarik stok daging yang semula untuk memenuhi kebutuhan pada bulan-bulan mendatang menjadi stok daging untuk memenuhi kebutuhan dalam waktu dekat. Selain itu Menteri Pertanian, Suswono menambahkan jika sebelumnya pemerintah membatasi impor daging berkualitas premium atau prime cut, kebijakan tersebut dicabut karena dikhawatirkan pembatasan impor daging berkualitas premium akan menganggu stok daging yang pada akhirnya merugikan masyarakat karena stok daging terbatas.

“Dalam rangka untuk stabilisasi harga khususnya untuk supaya dimungkinkan ada penurunan menjelang Ramadhan ini, apalagi nanti menjelang ada kenaikan BBM tentu saja diharapkan ada penurunan harga. Oleh karena itu penugasan, langkah kongkrit yang dilakukan adalah untuk sapi bakalan yang jatah ditriwulan ketiga ditarik satu bulan ketriwulan kedua, untuk menambah suplai. Kemudian juga untuk prime cut dibebaskan, karena konsumennya terbatas,” kata Menteri Suswono.

Menurut Indro Surono dari Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan seharusnya pemerintah berpikir realistis dalam menargetkan swasembada pangan terutama swasembada daging sapi sehingga tidak menganggu komoditas lain.

Menurutnya, permasalahan terkait daging sapi di Indonesia masih terus terjadi karena ambisi pemerintah mengejar target swasemada daging sapi tahun 2014 tanpa diimbangi dengan kemampuan produksi. Ia menambahkan target swasemada daging sapi sebaiknya ditinjau ulang agar tidak menganggu komoditas lain.

Menurutnya gejolak harga daging sapi berdampak negatif terhadap komoditas lain karena terkadang harganya akan ikut bergejolak.

“Swasembada itu sah-sah saja karena dari sisi strategi jangka panjang swasembada daging itu juga bolehlah artinya itu juga baik. Tetapi kalau kita lihat pada sapi khususnya, persoalannya tidak mudah karena sapi di Indonesia sendiri terbatas. Percepatan laju antara pertumbuhan produksi dengan pertumbuhan konsumsi juga agak timpang. Salah satu cara untuk meningkatkan itu adalah dengan cara mengimpor anakan atau bibit. Itu sendiri juga tidak mudah karena negara-negara pengeskpor sapi dunia juga tidak mau pasokan mereka untuk sapi ditingkat global juga berkurang. Target swasembada daging sapi 2014 menurut saya gak tidak realistis, atau kemungkinan besar akan sulit tercapai,” papar Indro Surono.

Indro Surono menambahkan target swasembada komoditas lain selain daging sapi kemungkinan tercapai karena ketergantungan impor komoditas lain tidak sebesar ketergantungan impor daging sapi.

“Kalau untuk produk-produk yang lain memang juga ada upaya-upaya dimana Indonesia kedepannya bisa mulai untuk menciptakan swasembada, meskipun juga dari sisi perdagangan kadang-kadang tidak klop dengan target-target yang dicanangkan oleh Kementerian Pertanian,” tambah Indro.

Sebelumnya pemerintah menargetkan swasembada empat komoditas pada tahun 2014 yaitu daging sapi, gula, kedelai dan beras. Sementara target swasemada komoditas lain menyusul pada tahun-tahun berikutnya diantaranya adalah kacang tanah, daging ayam dan telur. Pemerintah bertekad Indonesia tidak akan terus bergantung pada impor produk-produk pangan.