Suatu penelitian baru dari Inggris mengungkapkan bahwa para perokok memiliki risiko lebih tinggi sakit parah karena COVID-19 dan juga kemungkinannya lebih besar meninggal karena penyakit itu.
Para ilmuwan dari kelompok riset genetik UK Biobank mengamati lebih dari 420 ribu sukarelawan antara Januari dan Agustus 2020, dan mengambil data dari catatan rekam medis dokter umum, hasil tes COVID-19, data pasien masuk sakit dan sertifikat kematian untuk mengidentifikasi kaitan antara merokok dan sakit parah akibat virus corona.
Studi yang diterbitkan di jurnal medis Thorax itu mendapati bahwa mereka yang menjadi perokok sekarang ini 80 persen lebih besar kemungkinannya untuk dirawat inap di rumah sakit dan lebih besar lagi kemungkinannya meninggal karena COVID-19.
Para peneliti menggunakan teknik yang disebut pengacakan Mendel yang menggunakan varian-varian genetik untuk mewakili faktor risiko tertentu, dalam hal ini varian yang membuat seseorang cenderung menjadi perokok berat, untuk mendapatkan bukti mengenai hubungan sebab akibatnya.
Studi ini menyatakan seseorang yang secara genetik cenderung merokok, risikonya terjangkit COVID 45 persen dan memiliki risiko 60 persen lebih tinggi dirawat inap karena penyakit itu.
Sementara jumlah infeksi COVID-19 perlahan-lahan menurun, pemerintah Jepang bersiap mencabut semua peraturan darurat terkait COVID-19 untuk seluruh wilayah negara itu mulai Kamis (30/9).
Jepang berada di bawah situasi darurat sejak April karena lonjakan kasus baru yang dipicu oleh varian Delta, yang terjadi hingga sepanjang pesta olahraga Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo.
BACA JUGA: PM Jepang Perpanjang Keadaan DaruratPara pejabat menyatakan pemerintah akan memberlakukan rencana mitigasi COVID-19 sebagai pengganti keadaan darurat, seperti paspor vaksin dan tes virus corona.
Penetapan situasi darurat nasional akan diakhiri sementara 57 persen warga Jepang telah divaksinasi lengkap, kata Johns Hopkins Coronavirus Resource Center,sementara jumlah kasus harian terkonfirmasi telah turun di bawah 2.000, jauh di bawah 25 ribu per hari yang tercatat pada puncak lonjakan kasus. PM Yoshihide Suga dijadwalkan mengumumkan secara resmi rencana baru itu pada hari Selasa (28/9). [uh/lt]