Kelompok Muslim merasa tidak nyaman dengan popularitas kandidate perdana menteri dari partai nasionalis Hindu, Bharatiya Janata, Narendra Modi.
NEW DELHI —
Kelompok minoritas Muslim di India dapat memberikan dampak signifikan pada hasil suara dalam pemilihan umum demokratis terbesar dalam sejarah dunia.
Kelompok Muslim merasa tidak nyaman dengan popularitas kandidate perdana menteri dari partai nasionalis Hindu, Bharatiya Janata, Narendra Modi.
Imam Masjid Agung New Delhi, Syed Ahmed Bukhari, mendesak warga Muslim untuk memberikan suara pada Partai Kongres, yang saat ini merupakan partai berkuasa di India.
Pemungutan suara mulai minggu ini dalam tahap pertama yang akan berlanjut dalam lima minggu mendatang.
Warga Muslim mencakup sekitar 13 persen populasi India dan dalam beberapa wilayah suara Muslim dapat memainkan peran kunci dalam memutuskan pemenang, menurut para analis.
Ada 35 konstituensi dimana warga Muslim mencakup sekitar 30 persen dari elektorat. Lalu ada 150 konstituensi lain di mana populasi Muslim hampir mencapai 10 persen dari pemilih total, yang berarti pada DPR berkursi 543, ada sekitar 200 kursi di mana suara Muslim dapat berimbas pada hasil pemilu.
Namun para analis mengatakan meski ada kemampuan untuk mempengaruhi hasil pemilu, Muslim di India jangan dilihat sebagai satu kesatuan karena mereka tidak sepakat satu suara mengenai partai mana yang dipilih.
Para pemilih, baik Hindu dan Muslim, terlihat memilih kandidat yang mereka pikir akan melayani mereka dengan baik, bukannya memilih berdasarkan etnis atau agama.
Survei-survei juga menunjukkan bahwa warga Muslim tidak dapat didorong oleh siapa pun untuk memilih salah satu partai.Mereka menganggap kemiskinan, pengangguran dan pendidikan sebagai isu besar mereka.
Namun para ahli mengatakan sulit mencari pola pemilihan di antara Muslim India. Pada pemilihan-pemilihan sebelumnya di Gujarat, empat dari 10 Muslim memilih Menteri Kepala Narendra Modi.
Oleh banyak pihak di India, Modi dianggap kontroversial karena apa yang terjadi pada salah satu kerusuhan sektarian terburuk dalam sejarah bangsa pada 2002, ketika ratusan Muslim dibunuh di negara bagian Gujarat. Modi merupakan menteri kepala saat itu dan para kritikus mengatakan ia tidak banyak atau tidak melakukan apa pun untuk menghentikan kekerasan.
Fakta bahwa Modi menerima suara Muslim yang signifikan di Gujarat menunjukkan bahwa Muslim akan memilih siapa pun yang mereka pikir akan melayani mereka dengan baik meski masa lalunya menunjukkan kekerasan.
Meski demikian, analis mengatakan sulit bagi partai Modi, BJP, yang muncul sebagai penantang terbesar untuk Partai Kongres yang berkuasa, untuk menarik pemilih Muslim di seluruh negeri.
Kelompok Muslim merasa tidak nyaman dengan popularitas kandidate perdana menteri dari partai nasionalis Hindu, Bharatiya Janata, Narendra Modi.
Imam Masjid Agung New Delhi, Syed Ahmed Bukhari, mendesak warga Muslim untuk memberikan suara pada Partai Kongres, yang saat ini merupakan partai berkuasa di India.
Pemungutan suara mulai minggu ini dalam tahap pertama yang akan berlanjut dalam lima minggu mendatang.
Warga Muslim mencakup sekitar 13 persen populasi India dan dalam beberapa wilayah suara Muslim dapat memainkan peran kunci dalam memutuskan pemenang, menurut para analis.
Ada 35 konstituensi dimana warga Muslim mencakup sekitar 30 persen dari elektorat. Lalu ada 150 konstituensi lain di mana populasi Muslim hampir mencapai 10 persen dari pemilih total, yang berarti pada DPR berkursi 543, ada sekitar 200 kursi di mana suara Muslim dapat berimbas pada hasil pemilu.
Namun para analis mengatakan meski ada kemampuan untuk mempengaruhi hasil pemilu, Muslim di India jangan dilihat sebagai satu kesatuan karena mereka tidak sepakat satu suara mengenai partai mana yang dipilih.
Para pemilih, baik Hindu dan Muslim, terlihat memilih kandidat yang mereka pikir akan melayani mereka dengan baik, bukannya memilih berdasarkan etnis atau agama.
Survei-survei juga menunjukkan bahwa warga Muslim tidak dapat didorong oleh siapa pun untuk memilih salah satu partai.Mereka menganggap kemiskinan, pengangguran dan pendidikan sebagai isu besar mereka.
Namun para ahli mengatakan sulit mencari pola pemilihan di antara Muslim India. Pada pemilihan-pemilihan sebelumnya di Gujarat, empat dari 10 Muslim memilih Menteri Kepala Narendra Modi.
Oleh banyak pihak di India, Modi dianggap kontroversial karena apa yang terjadi pada salah satu kerusuhan sektarian terburuk dalam sejarah bangsa pada 2002, ketika ratusan Muslim dibunuh di negara bagian Gujarat. Modi merupakan menteri kepala saat itu dan para kritikus mengatakan ia tidak banyak atau tidak melakukan apa pun untuk menghentikan kekerasan.
Fakta bahwa Modi menerima suara Muslim yang signifikan di Gujarat menunjukkan bahwa Muslim akan memilih siapa pun yang mereka pikir akan melayani mereka dengan baik meski masa lalunya menunjukkan kekerasan.
Meski demikian, analis mengatakan sulit bagi partai Modi, BJP, yang muncul sebagai penantang terbesar untuk Partai Kongres yang berkuasa, untuk menarik pemilih Muslim di seluruh negeri.