Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga mengatakan, Senin (26/4), ia menerima kekalahan partainya dalam pemilu khusus yang ditujukan untuk mengisi sejumlah kekosongan di parlemen.
"Saya dengan rendah hati menerima hasil pemilu ini sebagai penilaian rakyat," kata Suga kepada wartawan. “Kami akan mengevaluasi lebih lanjut hasilnya dan mengoreksi apa yang perlu diperbaiki," katanya.
Partai yang berkuasa di Jepang kalah dalam ketiga pemilu sela parlementer yang diadakan Minggu (25/4) sehingga melonggarkan cengkeraman kekuasaan Suga menjelang pemilihan nasional akhir tahun ini.
Suga mengatakan ia menganggap serius hasil yang dipandang mencerminkan ketidakpuasan pemilih dengan penanganan pandemi virus corona oleh pemerintahnya serta skandal-skandal yang melibatkan partainya yang berkuasa, Partai Demokrat Liberal.
BACA JUGA: PM Jepang Hadapi Penyeimbangan Sulit antara AS dan ChinaPemungutan suara untuk mengisi tiga kursi yang kosong -- satu di majelis rendah dan dua di majelis tinggi -- adalah pemilihan penting pertama sejak Suga menjabat pada pertengahan September. Dua kursi ditinggalkan oleh anggota parlemen partai yang berkuasa yang mengundurkan diri karena skandal keuangan, dan yang ketiga dipegang oleh anggota parlemen oposisi utama yang meninggal karena COVID-19.
Pemilu sela itu dianggap sebagai ujian utama bagi Suga, yang harus mengadakan pemilu nasional sebelum 21 Oktober, tanggal berakhirnya masa jabatan empat tahun majelis rendah. Masa jabatannya sebagai perdana menteri juga berakhir pada 30 September.
Suga menikmati peringkat dukungan yang tinggi, sekitar 70 persen, ketika menggantikan Shinzo Abe, yang mengundurkan diri sebagai perdana menteri karena alasan kesehatan setelah menjadi pemimpin terlama di Jepang.
BACA JUGA: Kabinet Jepang Sepakati Anggaran Pertahanan yang Lebih BesarNamun kemudian, popularitas Suga jatuh karena serangkaian skandal yang melibatkan anggota parlemen partainya dan kritik atas penanganannya terhadap langkah-langkah pandemi dan lambatnya kemajuan vaksinasi. Suga juga menghadapi kritik karena mendorong Olimpiade di tengah ketidakpastian pandemi.
Kursi dari Hokkaido, Nagano dan Hiroshima dimenangkan oleh para kandidat yang didukung oleh oposisi utama, Partai Demokrat Konstitusional Jepang (CDPJ).
“Para pemilih membuat keputusan berat terhadap Kabinet Suga, '' kata sekretaris jenderal CDPJ Tetsuro Fukuyama. "Para pemilih menjadi semakin tidak puas dengan skandal politik dan uang, dan lambatnya respons terhadap virus corona.''
Namun, perubahan kepemimpinan kemungkinan tidak akan terjadi karena partai-partai oposisi selama ini tidak dipandang sebagai alternatif yang bertanggung jawab dan layak. [ab/uh]