Hasil survei SMRC menyebut elektabilitas Jokowi-Ma'ruf mencapai 56,8 persen unggul atas pasangan Prabowo-Sandi yang sebesar 37 persen, sementara yang tidak tahu atau rahasia 6,3 persen. Survei melibatkan 2.285 responden di seluruh wilayah Indonesia pada 5-8 April 2019 dengan margin of error 2,1 persen.
Direktur Riset SMRC, Deni Irvani mengatakan, hasil survei juga menemukan beberapa faktor yang mempengaruhi elektabilitas Jokowi. Antara lain kinerja Jokowi, kualitas personal Jokowi, kondisi ekonomi dan keamanan.
BACA JUGA: Kasus Surat Suara Tercoblos di Malaysia, Diupayakan Selesai, Sebelum 14 April"Yang tidak tahu atau rahasia adalah ketidakpastian. Supaya tingkat ketidakpastian itu turun maka dilakukan prediksi terhadap kelompok ini. Setelah diprediksi maka elektabilitas Jokowi-Amin diperkirakan tanpa undecided sebesar 56 persen sampai 60,5 persen, Prabowo-Sandi sebesar 39,5 persen sampai 44 persen," jelas Deni Irvani di Jakarta, Jumat (12/4).
"Dalam 6 atau 7 bulan terakhir tidak banyak perubahan, hanya 1 sampai 4 persen perubahan. Maka kalau ada yang mengatakan elektabilitas calon itu berubah-ubah secara dahsyat agak aneh. Padahal variabel-variabel lain tidak berubah secara signifikan," tambahnya.
Deni menambahkan faktor lain yang mempengaruhi atau menurunkan elektabilitas Jokowi yaitu informasi bohong atau hoaks. Namun, ia menilai tren hoaks sulit mengalami kenaikan.
Menurut Deni, perubahan dukungan dari pemilih dalam waktu sepekan ini memang masih mungkin terjadi. Namun, peluang Jokowi-Amin menang atas Prabowo dalam Pilpres tahun ini cukup besar jika melihat tidak adanya perubahan berarti beberapa indikator dalam 6 bulan terakhir.
Juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Maruarar Sirait mengatakan, hasil survei SMRC ini menunjukkan tingkat kepercayaan masyarakat Indonesia kepada Jokowi meningkat jika dibandingkan pemilu 2014. Hal tersebut terlihat dari selisih Jokowi-Prabowo yang mencapai lebih dari 19 persen.
"Jokowi pada 2014 itu hanya menang selisih 6 persen. Ini sudah 3 kali lipat lebih. Jadi kalau ada yang bilang distrust menurut saya itu salah sekali. Kalau dari 6 persen menjadi 19 persen itu justru ada peningkatan luar biasa," jelas Maruarar Sirait.
Maruarar berharap modal kepercayaan yang besar dari masyarakat dapat digunakan Jokowi jika nantinya terpilih kembali untuk mengambil kebijakan besar pada awal pemerintahannya. Terutama kebijakan di bidang ekonomi dan bidang hukum.
BPN Prabowo-Sandi Miliki Survei Internal Sendiri
Sementara itu, juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Andre Rosiade tidak mempersoalkan hasil survei SMRC. Menurutnya, BPN Prabowo-Sandi memiliki hasil survei internal yang menjadi pegangan mereka. Dalam survei internal tersebut, Prabowo lebih unggul dari Jokowi dengan persentase 48 persen berbanding 44 persen.
BACA JUGA: Survei Internal BPN Prabowo-Sandi Klaim Elektabilitas Capai 62 Persen"Yang pasti apapun juga, sekarang sudah waktunya kami bekerja keras. Mau survei apapun dari SMRC, Cyrus, lembaga-lembaga yang kita tahu pro Pak Jokowi. Kami akan bekerja keras memenangkan Pak Prabowo," jelas Andre saat dihubungi VOA.
Andre menambahkan akan terus melakukan kampanye secara langsung ke masyarakat untuk meningkatkan elektabilitas Prabowo. Di samping itu, kata dia, munculnya dukungan dari tokoh agama Ustadz Abdul Somad juga akan menambah kekuatan dari kubu Prabowo. (sm/lt)