Swedia dan Finlandia yang bukan negara anggota NATO mengandalkan klausul pertahanan timbal balik Uni Eropa jika terjadi serangan militer, kata Perdana Menteri Swedia hari Selasa (8/3) di tengah meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Barat.
Menjelang pertemuan puncak para pemimpin Uni Eropa di Versailles pada Kamis dan Jumat mendatang, kedua negara Skandinavia itu menulis surat bersama untuk "mengingatkan negara-negara anggota lainnya tentang deklarasi solidaritas Uni Eropa dalam Perjanjian Lisbon," kata Perdana Menteri Magdalena Andersson kepada para wartawan.
Klausul Pasal 42 dalam perjanjian tahun 2009 mengharuskan "negara-negara Uni Eropa lainnya untuk mendukung dan memberikan bantuan, dengan segala cara yang memungkinkan, ketika negara anggota berada di bawah serangan bersenjata," tambah Andersson.
BACA JUGA: Biden Menjamu Pemimpin Finlandia di Tengah Krisis UkrainaNamun, kondisi yang tepat dari solidaritas militer Uni Eropa tersebut - yang mirip dengan pasal 5 NATO - tetap tidak jelas. Apakah hal itu diwajibkan, menjadikan "solidaritas militer" sebagai sesuatu yang masih diperdebatkan.
Invasi Rusia ke Ukraina telah menimbulkan kekhawatiran di Finlandia, yang berbatasan dengan Rusia, juga di Swedia.
Kedua negara itu secara resmi menganut kebijakan non-blok, meski keduanya telah menjadi mitra NATO sejak pertengahan 1990-an dan beralih pada netralitas pada akhir Perang Dingin.
Baik Swedia maupun Finlandia untuk saat ini telah mengesampingkan pengajuan keanggotaan masing-masing pada NATO, meskipun diskusi di parlemen telah dimulai di Helsinki. [mg/lt]