Tahun 2017, Tahun Menjanjikan Bagi Upaya Pengobatan AIDS

  • Carol Pearson

Dr. Anthony Fauci, Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (Foto: dok).

Pada tahun 2017 kita melihat banyak terobosan luar biasa dalam bidang obat-obatan dan keberhasilan mencegah kemunduran dalam bidang lain.

Salah satu kemajuan terbesar pada tahun 2017 adalah di bidang HIV/AIDS. Organisasi Kesehatan Sedunia WHO mengumumkan bahwa lebih dari separuh mereka yang mengidap virus HIV yang menyebabkan AIDS, kini mengunakan obat untuk mengendalikan penyakit ini. Obat-obatan tersebut sangat penting untuk mengakhiri pandemi ini.

“Baru-baru ini obat-obatan yang telah digunakan selama beberapa tahun terakhir ini menunjukkan bahwa tidak saja bisa digunakan untuk menyelamatkan jiwa mereka yang mengkonsumsinya, tetapi juga menurunkan tingkat virus pada orang yang terinfeksi hingga ke titik yang begitu rendah, di bawah tingkat yang terdeteksi sehingga hampir mustahil ia bisa menularkan virus itu kepada orang lain,” kata Dr. Anthony Fauci di National Institutes of Health.

Tahun 2017 juga merupakan tahun yang menjanjikan bagi upaya menghasilkan vaksin AIDS. Uji coba vaksin kedua yang terbesar sedang dilakukan di Afrika. Para ilmuwan berharap vaksin yang bisa dihasilkan, terapi obat dan langkah-langkah lain bisa mengakhiri AIDS.

“Angkat tangan Anda jika tahu apa itu polio.”

Bintang musik Pakistan yang sekaligus Duta Besar Muhibah PBB Salman Ahmad menggunakan popularitasnya untuk meyakinkan orangtua supaya mengijinkan anak-anak mereka divaksin anti-polio. Tahun 2017, 16 anak di seluruh dunia yang menderita polio tinggal di Pakistan dan Afghanistan. Virus itu melumpuhkan ribuan anak-anak di seluruh dunia setiap tahun.

Beberapa saat menjelang Pekan Imunisasi Dunia April lalu, Dr. Flavia Bustreo mendorong dilakukannya imunisasi. “Imunisasi dan vaksin adalah perangkat kesehatan publik yang paling luar biasa yang kita miliki,” katanya.

Ancaman terbesar terhadap vaksin ini adalah rasa puas diri dan informasi yang salah. Puas diri karena berhasil memberantas penyakit polio dari ingatan orang di sebagian besar dunia, sementara informasi palsu disebarluaskan oleh aktivis seperti Irene Pi.

“Vaksin yang diberikan kepada mereka yang berusia di bawah tiga tahun menyebabkan autisme,” kata Irene Pi, Aktivis Anti-Vaksin.

Aktivis anti-vaksin dinilai bersalah dalam fenomena meluasnya wabah campak di negara bagian Minnesota. Wabah yang sebenarnya bisa dicegah dengan vaksin MMR.

“Saya ingin mengatakan bahwa seluruh tanggung jawab utama terletak pada gerakan anti-vaksin, dan alasannya adalah misinformasi dan mitos yang disebarkan tentang kaitan antara MMR dan autisme, yang padahal sama sekali tidak ada dan sains telah membuktikan bahwa hal itu tidak benar,” kata Patsy Stinchfield di Rumah Sakit Anak-Anak Minnesota.

Di Eropa, rasa puas diri dinilai sebagai penyebab kematian 35 anak yang meninggal karena tertular campak. Penyakit ini menyebar di 15 negara Eropa.

“Campak bukan penyakit sepele. Jika terjadi wabah campak, sebagian orang akan mengalami komplikasi serius,” lanjut Dr. Anthony Fauci.

Salah satu vaksin yang membuat kemajuan besar bagi perempuan dan laki-laki adalah vaksin HPV. Vaksin ini mencegah sebagian besar kanker serviks. Juga penyakit kanker lainnya, termasuk kanker mulut yang disebabkan oleh virus HPV. Secara global, kanker serviksadalah kanker kedua yang paling umum diderita perempuan di negara berkembang.

Vaksin HPV mengurangi penyebaran virus HPV sehingga badan-badan yang terlibat dalam kesehatan publik dan hak-hak perempuan menyerukan penggunaan vaksin ini di negara-negara berkembang. [em/al]