Taliban-Afghanistan mengecam keputusan Presiden Donald Trump untuk membatalkan pembicaraan damai dengan kelompok pemberontak itu, dengan mengklaim bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam perundingan gembira dengan perjanjian yang sudah berhasil dirundingan di Doha sebelumnya, dan bahwa tanggal 23 September sudah ditetapkan sebagai tenggat menuju langkah berikutnya, yang sekaligus menjadi awal perundingan dengan faksi-faksi lain di Afghanistan.
Dalam pernyataan yang disampaikan dengan bahasa Pashto hari Minggu (8/9), kelompok pemberontak itu juga mengklaim bahwa mereka tidak akan menyerah dan bahwa pada akhirnya Amerika akan dipaksa kembali ke meja perundingan.
Trump membatalkan perundingan damai dengan Taliban dalam serangkaian cuitan di Twitter, menyalahkan “serangan di Kabul yang menewaskan salah satu tentara kita dan 11 orang lainnya.”
BACA JUGA: Kecam Serangan, Trump Batalkan Perundingan Damai dengan Afghanistan dan TalibanPengumuman Trump itu mengejutkan wilayah yang berharap dapat melihat formalisasi rancangan perjanjian perdamaian yang baru saja dicapai antara Taliban dan Utusan Khusus Amerika Untuk Afghanistan Zalmay Khalilzad.
Beberapa hari sebelumnya Khalilzad telah mengatakan kepada stasiun televisi Afghanistan Tolo News bahwa kedua pihak “pada dasarnya” sepakat pada suatu perjanjian, tetapi ia perlu mendapat persetujuan dari Presiden Trump. (em/jm)