Pemerintah Afghanistan hari Minggu (26/9) meminta maskapai-maskapai penerbangan asing untuk memulai kembali operasi penerbangan komersil dari dan ke Kabul, dengan mengatakan masalah di bandara ibu kota itu sudah diselesaikan dan fasilitas itu sudah “beroperasi penuh.”
Kelompok Islamis itu mendapatkan kembali kendali atas negara yang dilanda perang itu pada 15 Agustus lalu menyusul runtuhnya pemerintahan Afghanistan yang didukung Barat ketika pasukan Amerika dan sekutunya mundur dari Afghanistan, mengakhiri keterlibatan militer selama hampir 20 tahun dalam konflik itu.
Bandara Kabul ditutup untuk semua penerbangan komersil setelah evakuasi darurat puluhan ribu warga asing dan warga Afghanistan yang rentan setelah Taliban mengambilalih ibu kota Kabul.
Bandara yang rusak selama evakuasi yang kacau itu telah dibuka kembali bagi masuknya sejumlah bantuan dan pesawat-pesawat sewaan dengan bantuan teknis terutama dari Qatar.
“Seiring telah diselesaikannya masalah-masalah di bandara internasional Kabul dan beroperasi penuhnya bandara itu bagi penerbangan domestik dan internasional, IEA memastikan kerjasama penuh dari seluruh maskapai penerbangan,” ujar Abdul Qahar Balkhi, juru bicara Kementerian Luar Negeri Taliban yang baru saja ditunjuk. Balkhi menggunakan singkatan Emirat Islam Afghanistan (IEA), nama pemerintahan baru Taliban.
Balkhi mengatakan penangguhan pesawat-pesawat internasional telah membuat banyak warga Afghanistan terdampar. “Mayoritas warga Afghanistan ini adalah perempuan, anak-anak, pelajar, pasien dan pedagang yang perlu bepergian dengan bebas. Apalagi banyak warga Afghanistan yang memiliki pekerjaan di dunia internasional atau melanjutkan pendidikan di luar negeri yang kini menghadapi kesulitan untuk datang ke tempat tujuan mereka itu,” ujar Balkhi.
Belum Ada Tanggapan
Belum ada reaksi langsung terhadap seruan Taliban agar maskapai-maskapai asing melanjutkan operasi penerbangan. Seorang juru bicara Pakistan International Airlines PIA, ketika diminta tanggapan, mengatakan pada VOA bahwa maskapai yang dikelola negara itu siap memulai kembali penerbangan komersil dari Islamabad ke Kabul, tetapi ada kondisi-kondisi di lapangan yang belum selesai dan “tarif asuansi terlalu tinggi” untuk melanjutkan operasi penerbangan.
Taliban Berjuang Dapatkan Pengakuan Dunia
Seruan Taliban bagi maskapai asing untuk melanjutkan kembali penerbangan mereka itu datang di tengah peningkatan upaya diplomatik kelompok itu untuk mendapatkan legitimasi atau pengakuan interanasional atas pemerintahan mereka, yang semua anggota kabinetnya laki-laki, juga bergulat mengatasi krisis ekonomi yang parah. Kembalinya gerakan Islamis itu ke tampuk kekuasaan telah mendorong Amerika memblokir miliaran dolar dana bagi Kabul, sementara Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional IMF keduanya menghentikan akses Afghanistan ke pendanaan penting di tengah kekhawatiran akan nasib hak asasi manusia Afghanistan di bawah pemerintahan Taliban.
BACA JUGA: Menlu Rusia Kecam Penarikan Pasukan AS dan NATO Secara Tergesa-gesaKomunitas global pada umumnya belum membuka keterlibatan langsung dengan Taliban, dengan mengatakan mereka sedang menunggu untuk melihat apakah gerakan fundamentalis itu menghormati hak asasi manusia dan menjalankan pemerintahan secara inklusif, tidak seperti yang mereka lakukan pada tahun 1996-2001. Taliban ketika itu memberlakukan sistem peradilan yang brutal, melarang perempuan bekerja dan memasuki kehidupan publik, dan tidak mengizinkan anak-anak perempuan untuk mengenyam pendidikan. Tetapi mereka berjanji untuk menunjukkan pemerintahan yang lebih toleran dan menghormati hak asasi manusia, terutama bagi perempuan, dan mencegah Afghanistan kembali menjadi surga bagi teroris internasional.
China, Rusia & Pakistan Serukan Dunia Bantu Afghanistan
China, Rusia dan Pakistan, semua telah bergerak untuk terlibat dengan Taliban dan telah mendesak dunia untuk membantu Aghanistan memenuhi kebutuhan kemanusiaan yang mendesak bagi warga Afghanistan. Negara-negara ini menuntut pencairan aset Afghanistan dan penghapusan sanksi lain untuk mencegah krisis ekonomi di negara yang sedang dilanda gejolak itu. Tetapi mereka juga menahan diri untuk memberi pengakuan atas pemerintahan Taliban hingga pemerintahan itu memenuhi komitmennya.
Duta Besar China Untuk Kabul Wang Yu hari Minggu ini (26/9) telah melangsungkan pertemuan dengan penjabat Menteri Luar Negeri Taliban Amir Khan Muttaqi, dan memperbaharui seruan China untuk membantu negara itu. Dalam cuitan pasca pertemuan itu, Balkhi mengatakan Wang Yu menekankan “perlunya bantuan kemanusiaan dan kerjasama dengan Afghanistan, dan meningkatkan perdagangan antar-kedua negara.” [em/jm]