Sekelompok remaja putri mengatakan Taliban, pada Kamis (22/12), memaksa mereka keluar dari sebuah pusat pelatihan pendidikan swasta di wilayah timur laut provinsi Takhar, Afghanistan, dan mengatakan kepada mereka bahwa mereka tidak lagi berhak belajar.
Zuhal, seorang siswi berusia 15 tahun, mengatakan bahwa para sisws perempuan itu dipukuli.
Maryam, siswi lain berusia 19 tahun, menangis sambil berkata “pusat pelatihan ini adalah harapan kami. Apa yang bisa dilakukan gadis-gadis ini? Mereka penuh harapan dan datang ke sini untuk belajar. Sayang sekali (Taliban) telah merebut semua harapan kami. Mereka menutup sekolah, universitas, pusat pelatihan, yang sangat kecil sekalipun.”
Penguasa Taliban-Afghanistan, pada Selasa (20/12) lalu, melarang siswa perempuan untuk berkuliah di universitas. Keputusan itu berlaku efektif segera dalam dekrit terbaru yang menindak hak dan kebebasan perempuan.
Meskipun pada awalnya menjanjikan aturan yang lebih moderat, yang menghormati hak-hak perempuan dan minoritas, Taliban telah secara luas menerapkan interpretasi mereka yang ketat terhadap hukum Islam, atau syariah.
Taliban telah melarang anak perempuan menempuh pendidikan sejak sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas – dan kini di universitas – serta membatasi perempuan dari sebagian besar pekerjaan, dan memerintahkan perempuan mengenakan pakaian yang menutup seluruh aurat dari kepala hingga ujung kaki ketika berada di depan umum. Perempuan juga dilarang pergi ke taman dan pusat kebugaran.
Taliban digulingkan tahun 2001 oleh koalisi pimpinan Amerika Serikat karena kelompok tersebut melindungi pemimpin Al Qaeda Osama bin Laden. Taliban kembali berkuasa pada pertengahan Agustus 2021 setelah Amerika Serikat menarik mundur seluruh pasukannya dari negara itu. [em/jm]