Di bawah markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), ada sebuah pos keamanan canggih yang dijuluki “Brain Center,” yang sibuk dengan aktivitas menjelang sidang Majelis Umum PBB minggu depan. Pertemuan diplomatik tahunan ini menghadirkan lebih dari 140 pemimpin dunia ke New York City, termasuk para pemimpin Israel, Palestina, dan Ukraina.
Menjaga mereka tetap aman adalah tantangan besar Secret Service, atau nama badan untuk pasukan pengaman presiden (paspampres) AS.
Secret Service, yang berada di bawah tekanan setelah upaya pembunuhan terhadap mantan Presiden Donald Trump pada 13 Juli lalu, percaya diri dengan rencana multi-lapis dan multi-lembaga untuk menjaga dan melindungi Sidang Umum PBB, yang dianggap sebagai Acara Keamanan Khusus Nasional setingkat Super Bowl.
Rencana perlindungan – yang dikembangkan bersama Kepolisian New York City, dan Dinas Keamanan dan Keselamatan PBB, di antara lembaga-lembaga lainnya – tidak hanya mencakup iring-iringan kendaraan dan rincian perlindungan, tetapi juga helikopter dan kapal patroli NYPD, puluhan tim K-9 (anjing pelacak) keamanan PBB yang menyisir bahan peledak, penutupan jalan, dan pengalihan arus lalu lintas. Untuk acara ini, Secret Service juga mendatangkan agen-agen dari pos-pos di seluruh dunia.
BACA JUGA: Gaza dan Ukraina Berebut Perhatian Dunia di Sidang PBBPenjaga Pantai membatasi akses East River di dekat PBB, sementara Administrasi Penerbangan Federal FAA menutup wilayah udara.
Dengan begitu banyak presiden, perdana menteri, raja, dan pejabat lainnya di satu kota – dan bahkan di bawah satu atap – pada saat bersamaan, Majelis Umum PBB sebenarnya lebih besar daripada Super Bowl. Ini adalah peristiwa paling rumit yang melibatkan Secret Service setiap tahunnya.
Sidang Majelis Umum PBB Berkelindan dengan Persiapan Pesta Demokrasi di AS
Tahun 2024 ini, sidang Majelis Umum PBB berlangsung pada masa-masa sibuk yang ditandai dengan Konvensi Partai Republik dan Demokrat, serta minggu-minggu terakhir kampanye presiden.
Berbicara pada hari Senin (16/9) setelah Secret Service menggagalkan upaya pembunuhan lainnya terhadap Trump di Florida, Penjabat Direktur Secret Service Ronald L. Rowe Jr. mengatakan petugas badan itu “berkurang” sehingga mereka seperti mesin yang didorong hingga batasnya. Namun, katanya, “mereka hingga saat ini tetap bangkit” dan menghadapi tantangan.
“Ritme operasionalnya sangat tinggi,” kata Patrick Freaney, agen khusus yang bertanggung jawab di kantor lapangan Secret Service di New York.
Kantor berita Associated Press mendapat kesempatan yang sangat jarang untuk melihat langsung persiapan keamanan pelaksanaan sidang Majelis Umum PBB, yang dikenal sebagai UNGA, termasuk “Brain Center” dan pusat operasi gabungan yang memungkinkan Secret Service, NYPD, dan badan-badan lainnya berkomunikasi secara instan untuk membasmi ancaman dan hambatan logistik. Mereka juga berkoordinasi dengan dinas keamanan asing yang melindungi setiap pejabat tinggi.
Freaney mengatakan penunjukan National Special Security Event – untuk acara khusus yang memiliki signifikansi nasional – telah memperlancar perencanaan, komunikasi, dan kerja sama antarlembaga. Secret Service bertanggung jawab atas hal ini, tetapi tim kontraterorisme yang kuat dari NYPD dan operasi lainnya, serta Dinas Keamanan dan Keselamatan PBB yang beranggotakan 300 orang, memainkan peran yang sangat penting.
“Kami memiliki lebih dari 140 kepala negara, kepala pemerintahan yang kami pindahkan di sekitar kota,” kata Freaney dalam tur ke pusat operasi gabungan, yang memiliki ruang untuk 10 lembaga lokal dan federal, termasuk Biro Penyidik Federal (FBI) dan Badan Manajemen Darurat Federal (FEMA), serta Departemen Luar Negeri dan Departemen Pertahanan.
Freaney menjelaskan bahwa “salah satu yang paling penting adalah menghadirkan mereka semua ke sini dan kemudian kembali ke negara masing-masing dengan aman. Pikirkan semua logistiknya. Bagaimana membawa 140 rombongan kendaraan ke satu lokasi pada saat bersamaan. Hal ini memerlukan kerjasama yang sangat padu untuk mengarahkan seluruh personil dengan selamat.”
Selain “Brain Center,” Banyak Badan Keamanan Punya Pusat Komando Tersendiri
Secret Service, NYPD, dan Departemen Luar Negeri juga akan mengoperasikan pusat komando mereka sendiri – di Brooklyn, di One Police Plaza di Manhattan, dan di ballroom hotel terdekat. NYPD, yang merupakan unit kepolisian terbesar di Amerika, memiliki Pusat Operasi Gabungan yang mampu memberikan informasi secara real-time dari berbagai kamera keamanan, kamera yang dipasang di drone dan helikopter, serta informasi penting lainnya.
Sementara Dinas Keamanan dan Keselamatan PBB, yang bertugas menjaga keamanan kampus markas besar PBB, mempunyai pos komando di “Brain Center.”
Di ruang bawah tanah pusat kegiatan PBB, monitor dari dinding ke dinding menunjukkan siaran langsung dari 1.400 kamera keamanan di markas seluas 7,2 hektar itu. Semua direkam dan dapat ditinjau secara instan. Suara otomatis memperingatkan potensi pelanggaran dan keadaan darurat. Komputer menghasilkan data dan foto real-time untuk setiap 22.000 orang yang melewati pos pemeriksaan keamanan setiap hari. Alarm kebakaran terhubung langsung ke sistem pengiriman pusat kota untuk tanggapan segera.
Pos komando ini dikelola sepanjang waktu oleh petugas keamanan PBB yang bekerja dalam shift 12 jam saat para pemimpin dunia berada di kota. Inspektur Malinda McCormack, mengatakan tujuan pos komando ini adalah untuk menerima, menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan cepat.
Rencana keamanan untuk UNGA mulai disusun beberapa bulan lalu. Secret Service dan lembaga-lembaga mitranya menggunakan pertemuan-pertemuan di masa lalu – ini adalah edisi ke-79 – sebagai cetak biru, sambil melakukan penyesuaian terhadap perubahan peristiwa dunia seperti perang di Gaza dan Ukraina.
Kepala Badan Keamanan dan Keselamatan PBB Michael Browne mengatakan “ada kepercayaan yang luar biasa. Ada rasa kolegialitas dan kolaborasi yang luar biasa, yang menurut saya merupakan unsur utama keberhasilan dalam operasi yang sangat kompleks dan menantang seperti UNGA.”
Belum Ada Ancaman, Tapi Aparat Tak Akan Ambil Risiko
Pihak berwenang mengatakan hingga akhir pekan lalu tidak ada ancaman spesifik atau kredibel terhadap perhelatan itu.
Tetapi Wakil Komisaris NYPD Untuk Intelijen dan Kontraterorisme Rebecca Weiner mengakui “kekacauan, keragaman, dan sifat lingkungan ancaman yang tidak dapat diprediksi” mengharuskan penegak hukum untuk bersikap gesit dan mengantisipasi segala cara yang dapat dilakukan seseorang untuk menimbulkan kerugian. “Ini adalah masa yang sangat berbeda,” tegas Weiner.
Para pemimpin dunia akan bertemu di sidang Majelis Umum PBB untuk pertama kalinya sejak kelompok militan Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023, yang memicu serangan Israel ke Gaza yang telah menewaskan puluhan ribu orang. Kepala Patroli NYPD John Chell Jumat lalu (20/9) mengatakan pihaknya telah menghitung lebih dari 4.000 protes atas perang tersebut, dan lebih banyak lagi yang diperkirakan akan terjadi minggu depan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas diperkirakan akan hadir dalam sidang ini. Demikian pula Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Presiden Rusia Vladimir Putin tidak akan hadir, tetapi akan mengirimkan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov.
Meskipun pertempuran terjadi sangat jauh, pihak berwenang “memikirkan apa yang terjadi di negara-negara asal mereka dan apa yang dapat kita antisipasi di sini,” kata Weiner. “Tujuan keseluruhan dari pertemuan ini adalah menyatukan negara-negara,” tambahnya. “Seluruh tujuan postur keamanan ini adalah untuk memastikan kami melakukan hal yang sama.” [em/jm]