Teknologi 3D Merambah ke Bisnis dan Pendidikan

  • Elizabeth Lee

Teknologi 3 D yang awalnya dibuat untuk dunia hiburan kini dikembangkan untuk aplikasi dunia nyata dalam bisnis dan pendidikan.

Di Los Angeles, sebuah tim pengembang sedang bekerja untuk membawa teknologi 3-D keluar dari dunia hiburan dan menjadi aplikasi di dunia nyata untuk sektor bisnis dan pendidikan.
Dari film sampai game komputer, khalayak sangat menikmati realisme tingkat tinggi dalam video yang dihasilkan komputer, termasuk teknologi tiga dimensi yang mutakhir, atau 3D.

Dalam film Superman Returns, penonton tahu bahwa pahlawan super itu tidak benar-benar terbang, tapi ada ilusi lain. Aktor yang tampak seperti terbang juga tidak nyata. Dia aktor virtual. Dan langkah pertama dalam menciptakan pengganti digital adalah menempatkan aktor nyata dalam apa yang disebut light stage, atau bola berongga yang diterangi oleh lampu-lampu. Setelah seorang aktor berdiri di dalam bola, komputer menangkap kontur wajahnya dan merekam bagaimana wajah mereka memantulkan cahaya.

Paul Debevec dari Institut Teknologi Kreatif University of Southern California menjelaskan cara kerjanya. “Kita dapat menerangi aktor dengan pencahayaan yang sangat khusus -- yang dikendalikan komputer, dan mengambil foto mereka dari tujuh titik pandang yang berbeda dengan kamera digital beresolusi tinggi,” kata Debevec.

Devebec adalah bagian dari sebuah tim lintas-disiplin yang bekerja untuk membuat citra komputerisasi manusia, benda dan lingkungan yang terlihat dan bergerak nyata. Dia mengatakan, light stage memungkinkan aktor untuk secara digital dibuat versi animasinya, seperti alien biru dalam film Avatar.

Dunia bisa segera menggunakan teknologi serupa yang dibuat di institute itu; yaitu video sistem telekonferensi 3D yang mampu memproyeksikan gambar video peserta ke dalam ruang rapat. Gambar video dapat berinteraksi dengan peserta lain yang bisa melihat gambar 3D tersebut tanpa kacamata khusus.

"Orang yang sedang berada di tempat terpencil benar-benar dapat melihat orang-orang di dalam ruangan, dan semua orang di ruangan tahu siapa yang mereka ajak bicara. Dan itu merupakan bagian fundamental dari komunikasi manusia,”lanjut Debevec.

Devebec berpendapat dunia bisnis akan mulai menggunakan video telekonperensi 3-D dalam lima tahun mendatang. Tapi publik dapat melihat generasi berikutnya dari teknologi ini sedikit lebih cepat.

Institut itu menggunakan light stage dan teknologi tampilan 3D interaktif untuk merekam dan menampilkan video kesaksian korban holokos untuk Yayasan Shoah, juga di University of Southern California.

Gambar-gambar 3D itu akan ditampilkan pada layar khusus di ruang-ruang kelas atau museum, dan akan diprogram agar mampu menanggapi pertanyaan-pertanyaan spesifik mengenai holokos -- dari para siswa atau pengunjung.

Kim Simon, direktur pengelola Yayasan Shoah, mengatakan korban Holocaust 3D itu dapat menjawab berbagai topik. "Bisa jadi tentang iman, bisa tentang cinta, bisa tentang keyakinan, bisa tentang identitas,” kata Simon.

Simon mengatakan, orang-orang muda yang berinteraksi dengan korban holokos 3D akan memperkaya pengalaman belajar mereka. "Ini juga merupakan medium yang paling nyaman bagi anak muda sekarang. Dan jumlah informasi yang didapat dari melihat wajah seseorang dan mendengar suara mereka pada saat bersamaan berlipat ganda,” tambah Simon.

Interaksi antara korban selamat Holocaust dan siswa akan mungkin dilakukan dalam setahun. Dalam sepuluh tahun, kita mungkin bisa bermain video game 3D tanpa kacamata khusus.