Teknologi untuk Dinginkan Pakaian Hazmat

Seorang petugas CG Environmental HazMat mensterilkan pintu masuk ke kediaman seorang anggota tim medis di RS 'Texas Health Presbyterian' yang telah terdampak virus Ebola di Dallas, Texas, 12 Oktober 2014. (Foto: dok).

Badan Kesehatan Sedunia mengamati dengan seksama wabah Ebola di Kongo di mana jumlah kasus sejak wabah terjadi Agustus lalu telha meningkat menjadi 185 kasus. Salah satu tantangan bagi petugas medis dalam memberantas penyakit yang sangat menular seperti Ebola ini adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengenakan pakaian pelindung, yang dikenal sebagai “hazmat suits.” Pakaian ini berat dan luar biasa panas. Tetapi teknologi baru bisa menyelesaikan masalah tersebut.

Bagi petugas kesehatan, bekerja dengan mengenakan pakaian “hazmat’’ sangat sulit. Mereka seringkali merasa begitu kepanasan sehingga hanya bisa bekerja maksimal 15 menit ketika mengenakan pakaian itu.

Para peneliti di Universitas Stanford di California mengatakan waktu yang dihabiskan untuk mengenakan dan melepas pakaian itu merupakan saat yang berbahaya karena itulah saat di mana para petugas kesehatan paling berpotensi tertular penyakit. Profesor Craig Heller juga mengatakan bekerja dalam suhu panas dapat mempengaruhi kemampuan mengambil keputusan.

“Ketika kita kepanasan, kapasitas kognitif menurun. Kita tidak bisa berfikir secara rasional. Jika kita berhasil mencegah kenaikan suhu maka orang-orang bisa bekerja secara lebih cerdas.”

Ketika berupaya meningkatkan suhu pasien pasca pembedahan, Heller dan rekan-rekannya menemukan cara menurunkan suhu di dalam pakaian “hazmat.” Mereka menemukan bahwa setiap mamalia memiliki tempat-tempat khusus di mana tubuh mengirim kelebihan suhu panas yang mereka rasakan.

“Mereka telah mengembangkan cara mengadaptasi panas lewat piranti di kaki – dan pada sebagian kasus bahkan di hidung, lidah dan telinga – di mana mereka dapat mengirim sejumlah besar volume darah ke permukaannya dan menghilangkan rasa panas,” jelasnya.

Itulah mengapa anjing terengah-engah dan menjulurkan lidah setelah berlari-lari, mereka mendinginkan diri. Atau mengapa gajah memiliki telinga yang besar.

Tetapi pada manusia, semua suhu panas dihamburkan lewat bagian tubuh yang tidak berbulu, misalnya lewat wajah atau telapak tangan.

Ketika orang mengenakan pakaian “hazmat,” tidak ada tempat untuk mengalirkan panas yang dirasakan tubuh.

“Seseorang yang kepanasan, yang dibutuhkan adalah cara untuk menyingkirkan kelebihan suhu panas itu. Itulah yang kami siapkan,’’ imbuh Heller.

Unit pendingin mandiri yang disiapkan Heller itu terdiri dari ransel hidrasi yang diisi dengan satu liter air beku, pengatur suhu dan pompa air. Piranti itu akan mengirim air dingin ke tangan dan menurunkan suhu tubuh. Beratnya sekitar dua kilogram.

Menurut Prof. Dennis Grahn, piranti ini memungkinkan orang yang mengenakan pakaian “hazmat” bekerja lebih lama, meskipun melakukan pekerjaan fisik yang berat. “Ketika kita meningkatkan pekerjaan yang dilakukan, tentunya mendorong naiknya suhu tubuh. Kita memang tidak bisa mengeluarkannya lewat pakaian yang dipakai, tetapi dapat menurunkannya sebanyak 3-4 kali,” kata Grahn.

Ini berarti petugas kesehatan tidak perlu melepaskan pakaian “hazmat” lebih sering dan mengurangi – atau bahkan menghilangkan – potensi tertular penyakit menular. Mereka dapat menyelamatkan lebih banyak nyawa. [em]