Mildred Ramirez mempunyai tiga anak dan seorang keponakan yang mengikuti kelas secara daring. Ia juga menghadiri kelas daring, sementara harus mengasuh bayinya. Namun, masalah koneksi membuatnya merasa frustrasi.
"Sebenarnya mengesalkan, karena terbentur banyak masalah koneksi, terkadang sesi Zoom terputus, terkadang pengguna diblokir, terkadang kami tidak bisa mengunggah pekerjaan rumah. Hal-hal seperti itu membuat anak-anak saya frustrasi, terkadang mereka tidak bisa lagi mengakses internet dan kehilangan pelajaran hari itu," katanya.
Pejabat kantor pendidikan sekolah di Montgomery County, negara bagian Maryland, mengatakan pembelajaran secara daring menjadi kendala ketika siswa dan orang tua berbicara bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Beberapa distrik sekolah, seperti Montgomery County, membuat tutorial dalam bahasa Spanyol.
"Sejak awal pekan pertama kelas daring dimulai, kami sudah mengetahui, bahwa khususnya bagi komunitas Hispanik dan anak anak sekolah dasar, akan kesulitan mengikuti kelas secara daring. Kami membuat video tutorial yang menjelaskan langkah demi langkah tentang cara mengakses Zoom, kami tetap menyediakan konselor sekolah, guru dan staf yang membantu keluarga-keluarga," kata juru bicara kantor pendidikan sekolah negeri di Montgomery County Melissa Rivera.
BACA JUGA: Turun, Jumlah Siswa yang Mendaftar Pra-TK dan TK Negeri ASMelissa Rivera mengatakan beberapa keluarga tidak memiliki akses internet sebelum Covid-19 melanda. Jadi, sebelum tahun ajaran baru dimulai, distrik itu memastikan setiap siswa memiliki komputer dan koneksi internet.
Hasil studi yang baru-baru ini terbit dalam Journal of Chemistry and Education mengatakan tantangan terbesar bagi semua siswa yang belajar selama pandemi Covid-19 adalah memahami materi, mendapatkan bantuan dan kurangnya motivasi.
Ramirez mengatakan meskipun belajar secara daring mungkin tampak lebih mudah daripada harus pergi ke sekolah, ada banyak hal yang membuat stres.
"Ini adalah stress yang berbeda bagi anak-anak saya. Mereka terkadang menyatakan keinginanan untuk kembali ke sekolah. Kami harus belajar bagaimana menghadapinya. Tetapi kami tahu, ini demi keselamatan, tidak hanya bagi siswa, tetapi juga untuk para guru dan staf, yang merupakan tulang punggung semua ini," tuturnya.
Menurut PEW Research Center, 23 persen anak keturunan Hispanik di Amerika tidak mempunyai akses internet yang cepat. Laporan PEW itu juga menyatakan pandemi Covid-19 telah menyoroti kesenjangan digital ini dan menantang para pendidik di Amerika untuk mengatasi masalah itu. [ew/ka]