Seorang tersangka baru, dalam penyelidikan serangan mengerikan oleh seorang pria Tunisia yang menewaskan tiga orang di sebuah gereja Perancis, ditahan Jumat (30/10). Sementara itu, Perancis meningkatkan kewaspadaan keamanannya di tengah ketegangan agama dan geopolitik menyusul insiden kartun Nabi Muhammad.
Tersangka adalah seorang pria berusia 47 tahun yang diyakini menjalin kontak dengan penyerang pada malam sebelum serangan di Basilika Notre Dame di kota Nice, Riviera, terjadi, kata seorang pejabat pengadilan yang dirahasiakan namanya karena tidak memiliki wewenang untuk mengungkapkannya ke media.
Penyerang gereja itu, Ibrahim Issaoui, dikabarkan terluka parah akibat tindakan polisi. Ia kini dirawat di rumah sakit dalam kondisi yang mengancam jiwa, kata pihak berwenang. Pihak berwenang antiterorisme di Perancis dan Tunisia sedang menyelidiki insiden ini.
Dalam sebuah wawancara yang disiarkan Jumat (30/10) oleh televisi Saudi, Al-Arabiya, ibu Issaoui mengatakan ia terkejut dengan kejadian tersebut. Dari provinsi Sfax Tunisia, sang ibu, dengan berlinang air mata, mengatakan ia kaget mendengar putranya tiba-tiba menelepon dan mengaku berada di Perancis namun tidak memiliki rencana yang jelas.
“Kau tidak bisa berbicara dalam bahasa Perancis, kau tidak tahu siapa pun di sana, kau akan tinggal sendirian di sana, mengapa, mengapa kau pergi ke sana?,'' kata sang ibu ketika terlibat dalam pembicaraan telepon dengan putranya.
Saudara laki-laki Issaoui memberi tahu Al-Arabiya bahwa Issaoui telah memberitahu keluarga bahwa ia akan tidur di depan gereja, dan mengirimi mereka foto yang menunjukkan ia berada di katedral tempat serangan itu terjadi. “Ia tidak memberitahu saya apa-apa,'' katanya.
Seorang tetangga Issaoui mengaku ia mengenal Issaoui sebagai mekanik yang sering melakukan berbagai pekerjaan sambilan lainnya. Namun, katanya, Issaoui tidak menunjukkan tanda-tanda memiliki pandangan yang radikal.
BACA JUGA: Otoritas Perancis Identifikasi Tersangka dalam Serangan Pisau MematikanJaksa antiterorisme Perancis mengatakan tersangka penyerang adalah seorang warga Tunisia kelahiran 1999 yang mencapai pulau Lampedusa, Italia, titik pendaratan utama bagi para migran yang menyeberang dengan kapal dari Afrika Utara, pada 20 September dan melakukan perjalanan ke Bari, sebuah kota pelabuhan di Italia Selatan pada 9 Oktober. Tidak jelas kapan ia tiba di Nice.
Serangan di gereja itu adalah serangan ketiga dalam waktu kurang dari dua bulan yang oleh pihak berwenang Perancis dikaitkan dengan ekstremis Muslim. Sebelumnya, Perancis diguncang peristiwa pemenggalan kepala seorang guru oleh ekstremis Muslim. Insiden itu terjadi setelah sang guru memperlihatkan karikatur Nabi Muhammad yang diterbitkan ulang koran satire Charlie Hebdo.
Presiden Emmanuel Macron mengatakan dia akan segera meningkatkan jumlah tentara yang dikerahkan untuk melindungi sekolah-sekolah dan tempat-tempat keagamaan dari sekitar 3.000 menjadi 7.000. [ab/uh]