Pihak berwenang di Pakistan barat laut mengatakan serangan bom bunuh diri terhadap sebuah kompleks pengadilan menewaskan sedikitnya 12 orang dan melukai sekitar 50 lainnya.
Serangan bom bunuh diri itu berlangsung di kota Mardan di Provinsi Khyber Pakhtunkhwa. Walikota Himayat Ullah mengatakan kepada wartawan, seorang penyerang bersenjata melemparkan granat tangan ke arah para petugas keamanan sebelum meledakkan bom yang dilekatkan ke tubuhnya.
Pihak berwenang dan sumber-sumber di rumah sakit mengatakan sejumlah pengacara menjadi korbannya dan jumlah korban yang tewas diperkirakan akan meningkat.
Pemboman itu berlangsung beberapa jam setelah pasukan Pakistan menewaskan empat pembom bunuh diri sebelum mereka meledakkan diri di sebuah permukiman penduduk Kristen di ibukota Provinsi Peshawar. Serangan itu mendorong pihak berwenang untuk meningkatkan keamanan di gereja-gereja di provinsi tersebut dan di wilayah lain di Pakistan.
Sebuah pernyataan militer menyebutkan, baku tembak dengan para penyerang itu melukai dua tentara, seorang polisi dan dua warga sipil.
Seorang juru bicara faksi pecahan kelompok ekstremis Taliban Pakistan, yang disebut Jamaatul Ahrar (JuA) mengatakan kepada VOA, mereka mendalangi kedua serangan itu, meskipun sulit untuk segera mengukuhkan secara independen klaim tersebut.
Serangan bunuh diri di luar sebuah rumah sakit di Quetta, Pakistan baratdaya, bulan lalu menewaskan lebih dari 75 orang, umumnya pengacara. JuA juga mengaku bertanggungjawab atas pemboman itu. AS baru-baru ini menganggap kelompok itu organisasi teroris dunia.
Para pejabat Pakistan menduga JuA beroperasi dari kawasan perbatasan Afghanistan dan menuduh organisasi itu didukung oleh dinas intelijen Afghanistan, tudingan yang dibantah Kabul.
Kekerasan hari Jumat itu berlangsung satu hari setelah militer Pakistan mengumumkan telah membersihkan distrik-distrik kesukuan semi otonom di wilayah barat laut dari kelompok-kelompok militan dan menggagalkan usaha kelompok Negara Islam (ISIS) untuk menorehkan jejak di negara itu.
Kawasan-kawasan kesukuan itu terletak di perbatasan Afghanistan dan sejak lama dianggap sebagai pusat operasi kelompok-kelompok militan setempat dan internasional.
Juru bicara militer, Letnan Jenderal Asim Bajwa mengatakan, Kamis, pasukan keamanan telah menangkap lebih dari 300 militan terkait ISIS, termasuk sejumlah warga Suriah dan Afghanistan. Ia mengatakan, mereka sedang merencanakan serangan terhadap fasilitas-fasilitas pemerintah, diplomatik, dan sipil, termasuk media-media pemberitaan.
"Mereka berusaha melangsungkan aksi dan mereka gagal. Mereka telah ditahan," ujarnya.
Jenderal itu mengatakan bahwa sejak militer melancarkan serangan kontraterorisme terhadap Taliban Pakistan dan kelompok-kelompok sekutunya dekat perbatasan Afghanistan dua tahun lalu, lebih dari 3.500 militan dan sekitar 540 tentara tewas. Selain itu, kata Bajwa, perang itu telah merugikan Pakistan sekitar US$107 miliar.
Ia merilis rincian tersebut sebagai tanggapan terhadap kecaman AS dan Afghanistan bahwa Pakistan memerangi militan anti-pemerintah namun membiarkan beroperasinya Jaringan Haqqani dan Taliban Afghanistan yang dituduh menggunakan wilayah Pakistan untuk melangsungkan serangan-serangan maut di Afghanistan. [ab/lt]