Tes Antibodi Covid-19 Mengecewakan

Seorang petugas medis mencocokan sampel darah untuk pengujian antibodi Covid-19 di Abyssinian Baptist Church, New York, 14 Mei 2020. (Foto: AP)

Pada puncak penghentian kegiatan atau penutupan wilayah karena virus corona pada April lalu, para ahli kesehatan pemerintahan Trump memuji tes yang akan mengukuhkan apakah seseorang yang sudah pernah terinfeksi virus itu tidak bisa terinfeksi lagi.

Tes itu, yakni tes antibodi, akan menunjukkan siapa yang mungkin memiliki “kekebalan yang luar biasa,” kata Presiden Donald Trump. Tes itu diperlukan untuk memastikan bangsa Amerika bisa kembali beraktivitas.

Dr. Jennifer Rakeman dari Laboratorium Kesehatan Masyarakat Kota New York, mengatakan beberapa bulan kemudian, tes tersebut telah dilakukan, tetapi belum memenuhi janji untuk memungkinkan warga Amerika memulai kegiatan hidup mereka.

Dalam melawan virus, tubuh membuat antibodi, yang diukur melalui serangkaian tes. Sayangnya, para ilmuwan masih mencari tahu seberapa baik dan untuk berapa lama antibodi dapat memberikan kekebalan yang melindungi diri dari infeksi lain virus corona.

Sebenarnya, “tidak ada jalan yang mudah menuju pengetahuan” tentang kekebalan, kata Marc Jenkins dari University of Minnesota. Penelitian jangka panjang pada manusia atau hewan biasanya diperlukan untuk memperoleh jawaban tentang imunitas. Banyak penelitian itu dilakukan oleh Institut Kesehatan Nasional AS (National Institutes of Health) dan universitas. Namun, lembaga-lembaga itu kini sibuk mengembangkan vaksin untuk melawan virus corona.

Sampai diperoleh pengetahuan lebih banyak, tes antibodi tidak boleh digunakan untuk menentukan kapan masyarakat aman untuk kembali bekerja atau bersekolah, kata Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) dan Ikatan Dokter Amerika. [lt/ft]