Tillerson: Pemimpin Militer Myanmar Bertanggung Jawab atas Krisis Rohingya

Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson saat berbicara dalam forum di CSIS, Washington DC Rabu (18/10).

Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson mengatakan hari Rabu (18/10) bahwa dia menyatakan pemimpin militer di Myanmar bertanggung jawab atas krisis pengungsi saat ini yang menimpa populasi Muslim Rohingya di negara tersebut.

Lebih dari setengah juta orang Rohingya telah melintasi perbatasan ke negara tetangga Bangladesh dalam beberapa pekan terakhir, melarikan diri dari tindakan keras terhadap komunitas minoritas mereka oleh militer Birma setelah gerilyawan Rohingya melancarkan serangan maut terhadap pasukan keamanan negara itu.

Tindakan keras, yang mengakibatkan kekejaman meluas, telah memicu kecaman keras dari masyarakat internasional, meskipun pejabat di Myanmar masih terus menyangkal adanya krisis.

"Kami benar-benar meminta pemimpin militer untuk bertanggung jawab atas apa yang terjadi di wilayah Rakhine," kata Tillerson hari Rabu.

"Apa yang paling penting bagi kita adalah bahwa dunia tidak dapat berdiam diri dan menyaksikan kekejaman yang dilaporkan terjadi di wilayah tersebut," imbuhnya.

Komentar Tillerson muncul menyusul sebuah laporan dari kelompok aktivis hak asasi manusia Amnesty International, di mana pasukan keamanan Myanmar dituduh melakukan pembersihan secara sistemik terhadap orang-orang Rohingya.

Menurut laporan tersebut, yang dibuat berdasarkan wawancara dengan lebih dari 100 pengungsi, pasukan keamanan menembak ratusan orang Rohingya yang mencoba melarikan diri dari desa mereka dan membakar sampai mati orang tua dan orang sakit yang terlalu lemah untuk melarikan diri.

Di beberapa desa, pasukan keamanan juga memperkosa atau melakukan kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak perempuan, kata laporan tersebut. [as]