Menlu Amerika Rex Tillerson memuji prestasi diplomatik pemerintahan Presiden Donald Trump tahun ini, dengan mengatakan bahwa "warga Amerika harus berbesar hati" dengan cara pemerintahan Trump menangani "ancaman keamanan terbesar," Korea Utara serta China dan Rusia.
Dalam sebuah opini yang diterbitkan hari Kamis di harian New York Times, Tillerson menulis bahwa Trump "meninggalkan strategi sabar yang gagal" dan memberlakukan "kebijakan menekan" terhadap Korea Utara "melalui sanksi diplomatik dan ekonomi."
Tanggal 22 Desember, Dewan Keamanan PBB memberlakukan sanksi baru terhadap Korea Utara, mengurangi pasokan bahan bakar, memperketat pemeriksaan barang yang keluar dan masuk ke Korea Utara, dan meminta pengusiran warga Korea Utara yang bekerja di luar negeri - sumber pendapatan penting bagi Pyongyang.
Tillerson juga mengatakan tekanan dari Amerika dan sekutu-sekutunya "telah memangkas kira-kira 90 persen pendapatan ekspor Korea Utara," yang sebagian besar dikatakan Pyongyang digunakan untuk mendanai pengembangan senjata ilegal.
"Kita berharap bahwa isolasi internasional ini akan menekan rezim tersebut untuk berunding dengan serius mengenai penghentian program rudal nuklir dan balistiknnya," tulis Tillerson. Setelah mengatasi hambatan teknologi tahun ini untuk mengembangkan program senjata nuklir moderen, pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un pada hari natal mengecam sanksi baru itu , dengan mengatakan sanksi tersebut adalah "sebuah tindakan perang" dan mengabaikan senjata nuklir negaranya adalah "mimpi belaka".
Tillerson mengatakan China telah memberlakukan beberapa larangan impor dan sanksi terhadap Korea Utara, "tapi bisa dan harus berbuat lebih banyak." Ia mengatakan Amerika akan melakukan pembicaraan dengan China mengenai isu-isu seperti ketimpangan perdagangan dan "masalah aktivitas militer China di Laut China Selatan.
Tillerson juga mengatakan Amerika akan mempertimbangkan dengan seksama hubungan jangka panjangnya dengan China, yang oleh Tillerson digambarkannya sedang bangkit sebagai sebuah "kekuatan ekonomi dan militer."
Tillerson memuji peran Amerika dalam merebut kembali wilayah ISIS di Irak dan Suriah dan strategi baru pemerintah yang berfokus pada Afghanistan -Asia Selatan. Tilllerson mengatakan Afghanistan "tidak bisa menjadi tempat yang aman bagi teroris" dan mengimbau Pakistan untuk melawan teroris "di negaranya sendiri". [my/al]