Tim Badan Energi Atom Internasional (IAEA) tiba di Tokyo pada Senin (29/5) untuk melakukan tinjauan akhir sebelum Jepang mulai melepaskan air radioaktif dalam jumlah besar ke laut dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima yang hancur. Rencana pelepasan air itu sendiri sangat ditentang oleh komunitas-komunitas nelayan setempat dan negara-negara tetangga.
Tim tersebut, yang terdiri dari para ahli dari 11 negara, akan bertemu dengan para pejabat dari pemerintah dan operator PLTN itu, Tokyo Electric Power Company Holdings, dan mengunjungi PLTN Fukushima Daiichi selama kunjungan lima hari mereka, kata Kementerian Ekonomi dan Industri Jepang.
Pada April 2021, Jepang mengumumkan rencana untuk melepaskan air limbah secara bertahap setelah pengolahan dan pengenceran lebih lanjut ke tingkat yang dikatakan aman. Pelepasan air itu diperkirakan akan dimulai dalam beberapa bulan mendatang setelah pemeriksaan keselamatan oleh regulator nuklir Jepang terhadap fasilitas pelepasan air yang baru dibangun dan laporan akhir dari IAEA yang diperkirakan akan keluar pada akhir Juni.
Rencana tersebut mendapat protes keras dari komunitas-komunitas nelayan lokal yang khawatir dengan keamanan dan rusaknya reputasi. Negara-negara terdekat, termasuk Korea Selatan, Jepang, dan negara-negara Kepulauan Pasifik, juga telah menyampaikan keprihatinan keamanan yang sama.
Jepang meminta bantuan IAEA untuk memastikan pelepasan air itu memenuhi standar keamanan internasional dan untuk mendapatkan pemahaman dari negara-negara lain.
Para pejabat Jepang mengatakan air tersebut akan diolah hingga tingkat yang dapat dilepaskan secara legal dan selanjutnya diencerkan dengan air laut dalam jumlah besar. Air ini akan secara bertahap dilepaskan ke laut selama beberapa dekade melalui terowongan bawah laut, sehingga tidak berbahaya bagi manusia dan kehidupan laut, kata mereka.
Beberapa ilmuwan mengatakan dampak paparan radionuklida dosis rendah dalam jangka panjang tidak diketahui dan pelepasan air itu harus ditunda.
Pemerintah Jepang telah meningkatkan kampanye di media-media Jepang dan di pameran-pameran makanan untuk mempromosikan keamanan makanan laut dari Fukushima, sambil memberikan pengarahan rutin kepada pemerintah-pemerintah asing termasuk Korea Selatan dan para anggota Forum Kepulauan Pasifik.
Pada tanggal 11 Maret 2011, gempa bumi dan tsunami dahsyat menghancurkan sistem pendingin pembangkit nuklir Fukushima Daiichi, menyebabkan tiga reaktor meleleh dan melepaskan radiasi dalam jumlah besar. Air yang digunakan untuk mendinginkan reactor-reaktor itu terkumpul di sekitar 1.000 tangki di PLTN itu yang akan mencapai kapasitasnya pada awal 2024.
Para pejabat Jepang mengatakan air yang disimpan dalam tangki-tangki perlu dibuang untuk mencegah kebocoran yang tidak disengaja jika terjadi bencana lain dan untuk memberi ruang bagi penonaktifan PLTN itu. [ab/lt]