Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan longsoran akibat erupsi membuat tinggi Gunung Anak Krakatau berkurang. Dalam jumpa pers di kantornya, Sabtu (29/12), Sekretaris Badan Geologi Kementerian ESDM Antonius Ratdomopurbo mengungkapkan aktivitas Anak Krakatau meningkat sangat tajam dengan laju erupsi amat besar selama 24-27 Desember lalu, dan mencapai puncaknya pada 26 Desember. Walhasil, lanjutnya, Badan Geologi Kementerian ESDM menaikkan status Gunung Anak Krakatau dari Waspada atau level 2 menjadi Siaga (level 3).
Pola seismik Gunung Anak Krakatau sangat berubah pada 27 Desember sehingga frekuensinya lebih tinggi, namun amplitudonya lebih kecil.
Badan Geologi Kementerian ESDM yang memantau kondisi gunung itu lewat informasi satelit mendapati bahwa ukuran Gunung Anak Krakatau kini lebih kecil dari sebelumnya.
Your browser doesn’t support HTML5
"Kita melihat kondisi kemarin sore itu terkonfirmasi bahwa Gunung Anak Krakatau yang tingginya semula 338 meter, sekarangnya ini kira-kira hanya 110 meter," kata Purbo.
Gunung Anak Krakatau Dinilai Tidak Lagi Berbahaya
Ditambahkan, Gunung Anak Krakatau juga mengalami longsoran dalam debit yang tinggi antara 24-27 Desember lalu, hal yang diyakini sebenarnya sudah berlangsung sejak beberapa bulan terakhir. Ini membuat sebagian volume gunung, yang diperkirakan mencapai 180 juta meter kubik hilang, sehingga kini volume gunung tinggal sekitar 40-70 juta meter kubik.
Purbo memastikan aktivitas Anak Krakatau kini tidak lagi membahayakan karena frekuensinya sudah menurun sejak Jumat siang (28/12).
Sebelumnya dalam jumpa pers hari Jum’at, Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyaraat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan jumlah korban meninggal akibat tsunami adalah 426 orang. Angka ini turun ketimbang rilis BNPB dua hari sebelumnya yang menyatakan korban tewas sebanyak 430 orang karena adanya data ganda mengenai korban meninggal. MIsalnya ada korban meninggal di Pandeglang yang juga tercatat di Serang, dan sebaliknya.
Sedangkan korban luka, tambah Sutopo, kini mencapai 7.200 orang, sementara 23 orang lainnya masih belum ditemukan. Jumlah pengungsi sejauh ini 40.386 orang.
Total kerusakan fisik mencakup 1.296 rumah, 78 hotel dan vila, 434 kapal dan perahu, 69 kendaraan roda empat, dan 38 kendaraan roda dua.
Sutopo menggarisbawahi bahwa jumlah korban meninggal dan tingkat kerusakan kemungkinan bertambah karena belum semua daerah terdampak tsunami disisir oleh tim evakuasi gabungan.
Pandeglang, Kabupaten Paling Terdampak Tsunami
Daerah yang paling terdampak tsunami adalah kabupaten Pandeglang. Di wilayah dengan 13 kecamatan ini sedikitnya 288 orang meninggal, sembilan orang hilang, 3.976 orang luka-luka, dan 28.139 orang mengungsi.
"Daerah Pandeglang memang pertama daerah pantainya paling panjang dibandingkan dengan empat kabupaten lainnya terdampak. Dan di sepanjang pantai inilah di Kabupaten Pandeglang terdapat berderet hotel, vila, homestay, dan rumah-rumah penduduk yang ada di sana. Kemudian diterjang oleh tsunami sehingga jumlah korban paling banyak dibandingkan dengan daerah lain," ujar Sutopo.
Kepala Bidang Mitigasi Pusat Vukanologi dan Mitigasi bencana I Gede Suantika mengatakan hingga hari Jum’at Gunung Anak Krakatau masih mengeluarkan magma dan abu vulkanik. Gunung di tengah Selat Sunda itu meletus sembilan kali tiap menit, turun dari intensitas Kamis lalu yakni 12 kali letusan dalam semenit. Meskipun demikian turunnya intensitas letusan tidak berarti erupsi Anak Krakatau akan padam. [fw/em]