Pemerintah Tiongkok mengabaikan seruan sebuah kelompok peraih Nobel untuk membebaskan Liu Xiaobo dan seruan reformasi dari aktivis Chen Guangcheng (5/12).
Media pemerintah Tiongkok menanggapi dengan marah aktivis Chen Guangcheng, yang pekan ini mendesak para pemimpin baru Tiongkok untuk melindungi HAM dan mengikuti jejak Burma dalam melakukan reformasi politik.
Sebuah editorial Rabu (5/12), yang diterbitkan surat kabar Partai Komunis “Global Times”, menyebut pernyataan video pengacara pembangkang yang tunanetra itu tidak mendapat perhatian rakyat Tiongkok.
Pernyataan Chen selama 10 menit, yang diunggah di You Tube oleh kelompok HAM Amerika, ChinaAid, Minggu (1/12), mendesak calon Presiden Tiongkok Xi Jinping untuk membela HAM dan melangsungkan reformasi politik atau beresiko menghadapi sebuah transisi kekerasan.
Pengacara otodidak yang kini hidup di pengasingan dengan keluarganya di New York, mengatakan bahwa jika Presiden Burma Thein Sein dapat membebaskan peraih Nobel Aung San Suu Kyi, maka Xi seharusnya juga bisa membebaskan para tahanan politik Tiongkok.
Tiongkok juga mengabaikan seruan sebuah kelompok peraih Nobel terkemuka yang menginginkan Beijing untuk membebaskan pemenang Nobel Perdamaian yang kini dipenjarakan, Liu Xiaobo.
Kelompok yang terdiri dari 134 pemenang Nobel itu mengirimkan surat terbuka, Selasa (4/12) yang ditujukan untuk Ketua Partai Komunis Xi Jinping, yang bertujuan meminta Xi untuk membebaskan Liu, yang kini menjalani hukuman penjara 11 tahun karena memicu subversi.
Jurubicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Hong Lei, mengatakan kepada wartawan, Rabu, bahwa surat itu mencerminkan campur tangan terhadap urusan dalam negeri Tiongkok. Ia mengatakan, Tiongkok adalah negara yang menghormati hukum, dan Liu Xiaobo dikenai hukuman karena ia melanggar hukum di Tiongkok. Ketika ditanya apa hukum yang secara spesifik dilanggar Liu, Hong menolak untuk berkomentar.
Pihak berwenang Tiongkok menghukum penjara Liu yang berusia 59 tahun pada 2009 atas tuduhan subversi terkait keterlibatannya dalam penulisan bersama "Piagam 08", sebuah manifesto yang menyerukan reformasi politik dan hak yang lebih besar di Tiongkok yang diperintah Komunis.
Sebuah editorial Rabu (5/12), yang diterbitkan surat kabar Partai Komunis “Global Times”, menyebut pernyataan video pengacara pembangkang yang tunanetra itu tidak mendapat perhatian rakyat Tiongkok.
Pernyataan Chen selama 10 menit, yang diunggah di You Tube oleh kelompok HAM Amerika, ChinaAid, Minggu (1/12), mendesak calon Presiden Tiongkok Xi Jinping untuk membela HAM dan melangsungkan reformasi politik atau beresiko menghadapi sebuah transisi kekerasan.
Pengacara otodidak yang kini hidup di pengasingan dengan keluarganya di New York, mengatakan bahwa jika Presiden Burma Thein Sein dapat membebaskan peraih Nobel Aung San Suu Kyi, maka Xi seharusnya juga bisa membebaskan para tahanan politik Tiongkok.
Tiongkok juga mengabaikan seruan sebuah kelompok peraih Nobel terkemuka yang menginginkan Beijing untuk membebaskan pemenang Nobel Perdamaian yang kini dipenjarakan, Liu Xiaobo.
Kelompok yang terdiri dari 134 pemenang Nobel itu mengirimkan surat terbuka, Selasa (4/12) yang ditujukan untuk Ketua Partai Komunis Xi Jinping, yang bertujuan meminta Xi untuk membebaskan Liu, yang kini menjalani hukuman penjara 11 tahun karena memicu subversi.
Jurubicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Hong Lei, mengatakan kepada wartawan, Rabu, bahwa surat itu mencerminkan campur tangan terhadap urusan dalam negeri Tiongkok. Ia mengatakan, Tiongkok adalah negara yang menghormati hukum, dan Liu Xiaobo dikenai hukuman karena ia melanggar hukum di Tiongkok. Ketika ditanya apa hukum yang secara spesifik dilanggar Liu, Hong menolak untuk berkomentar.
Pihak berwenang Tiongkok menghukum penjara Liu yang berusia 59 tahun pada 2009 atas tuduhan subversi terkait keterlibatannya dalam penulisan bersama "Piagam 08", sebuah manifesto yang menyerukan reformasi politik dan hak yang lebih besar di Tiongkok yang diperintah Komunis.