Tragedi Orlando Jadi Topik Utama Kampanye Calon Presiden AS

  • Jim Malone

Capres AS dalam Pemilihan Presiden 2016. Dari kiri: Hillary Clinton (Partai Demokrat) dan Donald Trump (Partai Republik).

Penembakan massal hari Minggu di Orlando, Florida, yang terburuk dalam sejarah AS, kini menjadi topik utama dalam kampanye kepresidenan. Calon presiden dari kedua partai berbicara tentang tragedi itu, Senin (13/6).

Berita mengenai tragedi penembakkan massal di Orlando, Florida, masih terdengar di mana-mana. Tragedi itu bahkan menjadi salah satu isu sentral di arena kampanye pemilu presiden AS.

Calon Partai Republik Donald Trump berbicara di New Hampshire di mana ia tampaknya menawarkan versi baru dari rencananya untuk melarang sementara Muslim yang bukan warga negara memasuki AS.

"Kalau saya terpilih (menjadi Presiden), saya akan menangguhkan imigrasi dari daerah-daerah di dunia di mana sejarah membuktikan adanya terorisme terhadap Amerika Serikat, Eropa atau sekutu kita. Kita tidak bisa terus membiarkan ribuan orang masuk ke negara kita, karena banyak dari mereka memiliki proses berpikir yang sama dengan pembunuh biadab ini," kata Donald Trump.

Trump juga tidak menyia-nyiakan waktu untuk menyalahkan Presiden Barack Obama dan calon presiden Demokrat Hillary Clinton karena kebijakan mereka membuat Amerika Serikat rentan terhadap serangan.

"Clinton ingin memungkinkan teroris Islam radikal masuk ke negara kita. Para teroris itu memperbudak perempuan dan mereka membunuh kaum gay. Saya tidak ingin mereka berada di negara kita," lanjutnya.

Clinton sendiri berbicara di Cleveland dan menyerukan persatuan nasional setelah terjadinya penembakan di Orlando.

"Ini adalah saat ketika semua orang Amerika bersatu. Tidak peduli berapa kali kita sudah mengalami serangan seperti ini, kengerian tidak pernah memudar," kata Clinton.

Clinton juga menyuarakan dukungannya pada langkah-langkah kontrol senjata tambahan. Dia mengatakan dia akan membuat isu teroris yang bertindak sendirian menjadi prioritas dan tampak tidak sepakat dengan larangan Muslim yang diusulkan Trump.

"Jadi kita harus mengintensifkan kontak di komunitas tersebut, bukan mengkambinghitamkan atau mengisolasi mereka," lanjut Clinton.

Serangan Orlando kembali membuat kampanye pencalonan presiden berfokus pada ancaman terorisme.

Tapi usulan Trump sebelumnya untuk melarang Muslim juga mendapat perhatian baru, memicu kekhawatiran di antara beberapa kalangan Republik bahwa dia akan menjadi kandidat presiden yang memecah belah, kata analis John Fortier dari Bipartisan Policy Center.

"Yah, dia calon yang meletup-letup, dan saya pikir ada saat-saat di mana ia tampaknya lebih tunduk dan menjadi bagian partai dan berdamai dengan para penguasa Republik. Dan kemudian ada saat di mana komentarnya benar-benar memcuatkan masalah itu lagi. Jadi saya pikir kita tidak akan melihat Donald Trump berubah. Dia seperti adanya," jelas John Fortier.

Jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan Clinton jauh lebih unggul dalam menangani isu-isu kebijakan luar negeri. Tetapi beberapa survei menunjukkan Trump sedikit unggul terkait pertanyaan mengenai calon mana yang akan lebih keras dalam menangani ancaman yang ditimbulkan oleh militan ISIS. [as/ab]