Trump dan Biden Kembali Mulai Kampanye dengan Pendekatan Berbeda

  • Patsy Widakuswara

Presiden AS Donald Trump dan penantangnya, mantan Wapres Joe Biden

Tujuh minggu menjelang pemilu presiden 3 November, kedua calon presiden Amerika – Donald Trump dan Joe Biden – mulai berkampanye ke negara-negara bagian penting. Tetapi kedua capres memiliki pendekatan yang sangat berbeda untuk menyampaikan pesan mereka kepada para pendukungnya.

Presiden AS Donald Trump pekan ini melakukan perjalanan ke lima negara bagian penting : Florida, North Carolina, Michigan, Pennsylvania dan Nevada. Ketika memulai kampanye di ruang terbuka di depan ribuan orang, Trump mengatakan keberadaan mereka tidak berbeda dengan demonstrasi “Black Lives Matter.”

"Kalau mereka berbuat kerusuhan dan saling berhadapan muka, dan berbuat apa saja yang mereka kehendaki, dan mereka dibiarkan melakukan itu karena mereka dianggap pemrotes damai. Jadi, kita berhak menyebut reli-reli kita protes damai," ujar Trump.

Presiden AS Donald Trump berbicara dalam kampanye di Winston-Salem, North Carolina (8/9).

Sementara itu, calon presiden Partai Demokrat Joe Biden memilih bertemu dengan para pendukungnya dalam kelompok-kelompok kecil dan melakukan sosialisasi dengan tetap menjaga jarak, termasuk di Pennsylvania awal pekan ini.

Tim kampanye Joe Biden lebih mengandalkan pada acara-acara virtual, dan berupaya menampilkan kandidat mereka sebagai pemimpin yang berempati dan tidak ingin membahayakan kesehatan orang.

Pakar politik di George Washington University, Todd Belt, mengatakan, “Biden menjadi sosok yang tampil di acara-acara yang lebih intim dan mendengarkan apa pandangan orang-orang. Ini merupakan bagian dari pesannya dari aspek keadilan sosial, ekonomi dan medis. Sementara Presiden Trump lebih menginginkan kerumunan besar. Ia ingin menunjukkan bahwa ia mendapat dukungan – dari apa yang disebutnya sebagai 'silent-majority' – bahwa ia ada dalam pertarungan ini, dan bahwa ia masih memiliki banyak pendukung.”

Dalam kampanye hari Rabu (9/9) di Michigan, Biden mengecam keras Trump atas beberapa hal yang terungkap dari buku karya wartawan Bob Woodward, di mana dari rekaman wawancara yang dilakukannya Februari lalu diketahui bahwa Trump meremehkan risiko virus corona agar tidak menimbulkan kepanikan.

BACA JUGA: Buku Baru: Trump Tahu Bahaya Virus Corona, Tapi Sengaja Meremehkan

“Ia [Trump.red] memiliki informasi itu. Ia tahu betapa bahayanya virus ini. Ketika virus mematikan ini mengoyak bangsa kita, ia gagal melakukan tugasnya dan tindakan itu dilakukan dengan sengaja. Ini soal pengkhiatan terhadap hidup dan mati warga Amerika.”

Trump menjawab, “Kami tidak ingin menimbulkan kepanikan. Inilah yang saya lakukan. Saya sangat terbuka akan hal itu, apakah kepada Woodward atau siapa pun.”

Beberapa jajak pendapat menunjukkan para pemilih lebih termotivasi dengan pandemi ini, dan kebanyakan warga Amerika tidak suka dengan cara Trump menangani virus corona ini; sesuatu yang ingin disorot tim kampanye Biden.

Meskipun Trump membuntuti Biden dalam beberapa jajak pendapat di tingkat nasional, tetapi selisih diantaranya keduanya sangat tipis, terutama di negara-negara bagian penting.

Tim kampanye Trump memulai kembali kampanye dengan kegiatan-kegiatan tradisional, termasuk mendirikan kantor-kantor lokal di seluruh Amerika dan mendatangi pemilih dari rumah ke rumah.

BACA JUGA: Kampanye Trump Berlangsung Total, Kampanye Biden Batasi Tatap Muka

Tim penasihat Biden bersikeras bahwa strategi mereka adalah memusatkan perhatian pada pandemi virus corona dan ekonomi, dengan menarget koalisi dan kelompok berbeda. Meskipun demikian sebagian pendukung Partai Demokrat tetap khawatir menghadapi pilpres kali ini. Christine Protor di Komite Demokrat di Pennsylvania mengatakan, “Mereka [pendukung Partai Republik.red] melangsungkan berbagai acara dengan sangat antusias dan mendatangi pemilih dari rumah ke rumah. Sementara karena kami menilai pandemi ini sangat serius, kami tidak melakukan hal itu. Saya khawatir hal ini akan merugikan kami.”

Trump dan Biden Jumat ini (11/9) dijadwalkan menghadiri peringatan serangan teroris 11 September di Shanksville, Pennsylvania, lokasi jatuhnya pesawat United 93, salah satu pesawat yang dibajak teroris pada tahun 2001. [em/jm]