Bagi mantan Presiden Amerika Barack Obama, rasanya mungkin seperti dulu. Ia mulai berkampanye atas nama Partai Demokrat menjelang pemilihan paruh waktu November nanti, menyiapkan apa yang menjadi "perang proxy" dengan orang yang menggantikannya, Presiden Donald Trump.
Presiden Trump sejauh ini sudah berkampanye atas nama Partai Republik. Ia percaya bahwa upaya agresif di negara-negara yang cenderung memilih Partai Republik akan membuat partai itu tetap mayoritas di Senat dan DPR.
Obama pertama kali tampil dalam kampanye untuk pemilihan anggota Kongres tahun 2018 di Illinois University di mana ia mendesak kaum muda Partai Demokrat agar terus berjuang demi keadilan sosial dan ekonomi.
"Setiap kali semakin dekat pada cita-cita itu, ada saja orang yang mendorong kita mundur," ujar Obama. “Itu tidak dimulai dengan Donald Trump. Ia adalah gejala, bukan penyebab. Ia hanya menggunakan kekesalan yang ditiupkan politisi selama bertahun-tahun," tandasnya.
Obama juga berkampanye di California atas nama beberapa kandidat anggota DPR dari Partai Demokrat, di mana ia mendesak aktivis agar datang ke TPS dan memberikan suara pada bulan November.
"Kalau kita tidak ikut memilih, kalau kita tidak memperhatikan, kalau kita tidak memberikan suara, maka suara lain akan mengisi kekosongan itu," ujar Obama pada pertemuan Partai Demokrat di Anaheim, California. "Tetapi kabar baik dalam dua bulan, kita berpeluang memulihkan kewarasan dalam politik kita," ujarnya.
Obama menyadari ia bersaing dengan penggantinya, Presiden Trump, yang bertekad membatalkan banyak kebijakan Obama semasa menjabat presiden.
Sementara itu, Trump sangat ingin berkampanye dan menjanjikan upaya besar guna memberi semangat kepada pemilih partai Republik agar mempertahankan partai mereka sebagai mayoritas di Kongres pada November nanti.
“Pemilihan ini adalah tentang lapangan pekerjaan. Ini tentang keselamatan dan pekerjaan,” ujar Trump dalam kampanye Partai Republik belum lama ini di Billings, Montana. “Berkat pimpinan Partai Republik, ekonomi kita berkembang sangat pesat dalam sejarah negara ini. Bayangkan, dalam sejarah kita. Tidak ada yang tahu ini akan terjadi."
Trump juga menanamkan ketakutan di kalangan pendukung Republik, bahwa kalau Demokrat menguasai DPR November nanti, kemungkinan ia akan dimakzulkan.
"Kita akan khawatir kalau itu terjadi," katanya kepada massa di Billings. “Tetapi jika itu terjadi, itu salah kalian karena tidak memilih. Kalian tidak datang untuk memberikan suara."
Hasil pemilihan paruh waktu secara historis tidak memihak pada presiden yang berkuasa. Tetapi berbeda dari banyak pendahulunya, Trump menganggap pemilihan anggota Kongres November nanti akan menjadi referendum mengenai kepresidenannya. [ka]