Trump Janji Berlakukan Tarif Impor Baru terhadap Kanada, Meksiko, dan China

Donal Trump, yang menjabat sebagai Presiden AS kala itu, melambaikan tangan saat bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di Beijing, pada 9 November 2017. (Foto: Reuters/Thomas Peter)

Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump, pada Senin (25/11), mengatakan bahwa ia berjanji akan memberlakukan tarif besar terhadap tiga mitra dagang terbesar AS, yaitu Kanada, Meksiko, dan China, saat menjelaskan bagaimana ia akan memenuhi janji kampanyenya yang dapat memicu perang dagang.

Trump, yang akan mulai menjabat pada 20 Januari 2025, mengatakan ia akan mengenakan tarif impor sebesar 25% pada semua produk dari Kanada dan Meksiko hingga keduanya memberantas peredaran narkoba terutama fentanyl, dan membenahi isu migran lintas batas, dalam sebuah langkah yang tampaknya akan melanggar kesepakatan perdagangan bebas.

Trump juga menggarisbawahi "tambahan tarif 10%, di atas tarif tambahan apa pun," pada barang-barang impor dari China. Pernyataan tersebut menjadi komentar spesifik terkait bagaimana ia akan menjalankan agenda ekonominya dan memenuhi janji untuk "mementingkan kepentingan Amerika."

"Pada 20 Januari, satu dari banyak Perintah Eksekutif pertama saya adalah saya akan menandatangani semua dokumen yang diperlukan untuk mengenakan Tarif 25% kepada Meksiko dan Kanada pada SEMUA produk yang masuk ke Amerika Serikat, dan Perbatasan Terbukanya yang konyol," kata Trump dalam unggahan di akun media sosialnya, Truth Social.

BACA JUGA: Dunia Bersiap Hadapi Dampak Perang Dagang yang Kemungkinan Digelar Trump

Walaupun jumlah penangkapan migran mencapai rekor dalam masa pemerintahan Joe Biden, beban penegakan hukum di perbatasan serta penyeberangan ilegal berkurang banyak pada tahun ini saat Biden memberlakukan aturan pembatasan yang baru dan peningkatan upaya yang dilakukan pemerintah Meksiko.

Trump mengatakan tarif akan tetap berlaku hingga kedua negara memberantas obat-obat terlarang, khususnya fentanil, dan migran yang melintasi perbatasan secara ilegal. Mengenai China, Trump menuduh negara itu tidak mengambil tindakan yang cukup tegas untuk menghentikan aliran obat-obat terlarang yang masuk ke AS melintasi perbatasan dari Meksiko.

AS menjadi tujuan utama dari ekspor Meksiko di mana jumlahnya mencapai lebih dari 83% total ekspor negara tersebut pada 2023. Sementara jumlah ekspor Kanada ke AS mencapai 75%.

Pemberlakuan tarif tersebut juga berpotensi menimbulkan masalah bagi perusahaan-perusahaan asing seperti produsen otomotif dan barang elektronik dari Asia yang menggunakan Meksiko sebagai gerbang produksi berbiaya rendah untuk pasar AS.

Nilai tukar dolar naik lebih dari 2% terhadap peso Meksiko (MXN=) setelah unggahan Trump di platform media sosialnya.

China

Terkait dengan China, presiden terpilih itu menuduh Beijing tidak melakukan cukup usaha untuk membendung aliran obat-obatan terlarang yang samapi ke AS dari Meksiko.

"Sampai itu dilakukan, kami akan mengenakan tarif tambahan 10% kepada China, di atas tarif tambahan lainnya, pada semua produk mereka yang masuk ke Amerika Serikat," kata Trump.

Juru bicara Kedutaan Besar China di Washington bereaksi keras atas pernyataan Trump tersebut.

BACA JUGA: Tingkatkan Perekonomian, China Perluas Akses Bebas Visa ke Lebih Banyak Negara

"China percaya bahwa kerja sama perdagangan dan ekonomi AS-China pada dasarnya saling menguntungkan. Tidak ada pihak yang akan memenangi perang dagang atau perang tarif," kata Liu Pengyu, juru bicara Kedutaan Besar China.

Pihak kedutaan juga mengutip langkah-langkah yang menurut mereka telah diambil oleh China sejak pertemuan AS-China pada 2023. Pada pertemuan tersebut, Beijing sepakat akan menghentikan ekspor sejumlah item yang terkait dengam produksi pembuatan fentanil opioid. Obat tersebut menjadi penyebab terbesar overdosis di Amerika Serikat.

Trump sebelumnya berjanji akan mengakhiri status China sebagai negara dengan perdagangan yang paling disukai dan mengenakan tarif pada impor China lebih dari 60% - jauh lebih tinggi daripada yang dikenakan selama masa jabatan pertamanya.

Perekonomian China dalam posisi yang jauh lebih rentan saat ini mengingat penurunan properti yang berkepanjangan di negara itu, risiko utang, dan permintaan domestik yang lemah. [ka/jm/rs]