Trump Kaji Ulang Rencana untuk Hentikan Bantuan Militer AS ke Ukraina

Aktivis mengibarkan bendera Ukraina di luar US Capitol di Washington, DC, pada 23 April 2024. (Foto: AFP)

Dua penasihat utama Donald Trump mengusulkan rencana untuk mengakhiri perang Rusia di Ukraina jika mantan presiden AS itu berhasil memenangkan pemilihan presiden pada tahun ini. Usulan tersebut di antaranya adalah Washington akan memasok lebih banyak senjata untuk Kyiv hanya jika mereka bersedia menggelar negosiasi damai dengan Moskow.

AS juga akan memperingatkan Moskow bahwa menolak bernegosiasi akan menyebabkan peningkatan dukungan AS untuk Ukraina, kata purnawirawan Letnan Jenderal Keith Kellogg, salah satu penasihat keamanan nasional Trump, dalam sebuah wawancara.

Menurut rencana yang dibuat oleh Keith Kellogg dan Fred Fleitz, akan ada gencatan senjata berdasarkan garis pertempuran yang ada selama perundingan perdamaian. Keduanya pernah menjabat sebagai kepala staf di Dewan Keamanan Nasional selama masa kepemipinan Presiden Trump pada 2017-2021.

Mereka telah mempresentasikan usulan tersebut kepada Trump, dan mantan presiden itu memberikan tanggapan yang baik, kata Fleitz. "Saya tidak mengatakan bahwa dia sepenuhnya setuju dengan semua yang telah kami sampaikan, tetapi kami senang dengan umpan balik yang kami terima," ujarnya.

Peluncur bergerak rudal Patriot ditampilkan di luar Fort Sill Army Post dekat Lawton, Oklahoma, pada 21 Maret 2023. (Foto: AP)

Namun, Steven Cheung, juru bicara Trump, menekankan bahwa pernyataan resmi hanya dapat dikeluarkan oleh Trump sendiri atau anggota resmi kampanyenya.

Rencana yang dijelaskan oleh Kellogg dan Fleitz adalah strategi paling terperinci yang pernah disusun oleh tim Trump. Mereka menyatakan bahwa Trump bisa cepat mengakhiri perang di Ukraina jika berhasil mengalahkan Presiden Joe Biden dalam pemilu yang digelar pada 5 November, meskipun belum ada pembahasan yang spesifik terkait hal tersebut.

Proposal tersebut akan mendorong perubahan dramatis terkait posisi AS dalam konflik ini. Usulan tersebut diperkirakan juga akan mendapat penentangan dari sekutu-sekutu AS di Eropa serta dari anggota Partai Republik yang mendukung Trump.

Kremlin dan Kementerian Luar Negeri Ukraina tidak menanggapi permintaan komentar mengenai rencana tersebut.

Tentara Rusia menembakkan howitzer 152 mm "Msta-B" di lokasi yang dirahasiakan di Ukraina. (Foto: via AP)

Keanggotaan NATO

Elemen utama dari proposal tersebut dijelaskan dalam dokumen riset yang dapat diakses oleh publik dan dipublikasikan oleh "America First Policy Institute", sebuah organisasi kajian pro-Trump. Kellogg dan Fleitz memegang posisi kunci dalam organisasi tersebut.

Kellogg menyatakan bahwa mengajak Rusia dan Ukraina untuk duduk bersama di meja perundingan akan menjadi sangat penting jika Trump berhasil memenangkan pemilu.

“Kami akan mengatakan kepada Ukraina: 'Kalian harus datang ke meja perundingan. Jika kalian tidak datang ke meja perundingan, dukungan dari Amerika Serikat akan berkurang,'" katanya. "Dan Anda katakan kepada (Putin), 'Anda harus datang ke meja perundingan. Jika Anda tidak datang ke meja perundingan, kami akan memberikan Ukraina segala yang mereka butuhkan untuk mengalahkan Anda di medan pertempuran.'"

Menurut hasil penelitian mereka, Moskow juga akan didorong untuk berunding dengan iming-iming penundaan keanggotaan NATO di Ukraina untuk jangka waktu yang lama.

BACA JUGA: Rusia Janjikan Aksi Pembalasan terhadap AS terkait Serangan Ukraina ke Krimea

Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022. Meskipun mencapai beberapa kemajuan awal, garis depan hampir tidak bergerak sejak akhir tahun itu. Perang itu merenggut puluhan ribu orang di kedua belah pihak sehingga menjadikannya sebagai pertempuran paling berdarah di Eropa sejak Perang Dunia II.

Fleitz menyatakan bahwa menurut rencana mereka, Ukraina tidak perlu secara resmi menyerahkan wilayahnya kepada Rusia. Namun, ia juga mengatakan bahwa Ukraina mungkin tidak akan mampu mendapatkan kembali kendali efektif atas seluruh wilayahnya dalam waktu dekat.

“Kekhawatiran kami adalah hal ini akan menjadi perang gesekan yang akan membunuh seluruh generasi pemuda,” katanya.

Kellogg dan Fleitz menyatakan bahwa perdamaian abadi di Ukraina memerlukan jaminan keamanan tambahan bagi Ukraina. Fleitz menambahkan bahwa "mempersenjatai Ukraina sepenuhnya" kemungkinan akan menjadi elemen kunci dalam upaya mencapai tujuan tersebut.

“Presiden Trump telah berulang kali menyatakan bahwa prioritas utama pada masa jabatan keduanya adalah segera menegosiasikan diakhirinya perang Rusia-Ukraina,” kata juru bicara Trump, Cheung. "Perang antara Rusia dan Ukraina tidak akan pernah terjadi jika Donald J. Trump menjadi presidennya. Sedih sekali."

BACA JUGA: Biden vs Trump: Pandangan Berbeda tentang Kebijakan Ukraina

Tim kampanye Biden mengatakan Trump tidak tertarik untuk melawan Putin.

“Donald Trump memuji Vladimir Putin setiap ada kesempatan, dan dia menegaskan bahwa dia tidak akan menentang Putin atau membela demokrasi,” kata juru bicara kampanye James Singer.

Beberapa anggota Partai Republik mungkin menolak untuk mengalokasikan lebih banyak sumber daya ke Ukraina berdasarkan rencana tersebut. Sejak invasi oleh Moskow, AS telah menghabiskan lebih dari $70 miliar untuk memberikan bantuan militer kepada Ukraina.

Putin mengatakan pada bulan ini bahwa perang hanya bisa berakhir jika Ukraina setuju untuk membatalkan ambisinya untuk bergabung dengan NATO dan menyerahkan empat provinsi di timur dan selatan yang diklaim oleh Rusia.

Dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB pada pekan lalu, duta besar Prancis dan Inggris menegaskan pandangan mereka bahwa perdamaian hanya dapat dicapai jika Rusia menarik pasukannya dari wilayah Ukraina. Posisi ini juga didukung oleh Kyiv. [ah/rs]