Presiden Donald Trump membela keputusannya untuk tidak menetapkan China sebagai manipulator mata uang, sementara pada waktu yang bersamaan, menegaskan tekadnya untuk mendahulukan kepentingan pekerja Amerika.
Pada suatu pertemuan yang mengingatkan orang mengenai kampanye presiden tahun 2016, Presiden Trump mengemukakan tema-tema yang biasa diangkatnya. “Kita tidak akan membiarkan negara-negara lain mengambil keuntungan dari kita lagi karena, mulai sekarang, Amerikalah yang akan diutamakan”
Menurut Trump, China telah menghentikan praktik menurunkan nilai mata uangnya. Ketika tampil dalam acara "Face the Nation" di Stasiun Televisi CBS, presiden Trump menyatakan berkat pernyataan kerasnya semasa kampanye itulah, maka Beijing menghentikan praktik tersebut. Ia juga menyatakan bahwa China dan Amerika Serikat memiliki kepentingan bersama: yakni mengendalikan Korea Utara.
"Korea Utara mungkin lebih penting daripada perdagangan. Perdagangan sangatlah penting. Tetapi perang besar-besaran dengan kemungkinan jutaan orang tewas itu adalah yang kita sebut sebagai (kartu) truf-nya perdagangan. Sekarang, jika China dapat membantu kita mengatasi Korea Utara dan menyelesaikan masalah itu, ini bisa dianggap sebagai kesepakatan yang baik bagi Amerika Serikat,” lanjut Presiden Trump.
Kalangan partai Demokrat mengecam apa yang mereka anggap sebagai pelanggaran janji penting kampanye Trump terhadap rakyat Amerika.
“Selama kampanyenya, kita mendengar presiden berjanji ia akan mempertahankan lapangan kerja di dalam negeri, membeli produk-produk Amerika dan merekrut pekerja Amerika, dan menyatakan negara-negara seperti China bertanggung jawab atas praktik-praktik perdagangan yang tidak adil. Tetapi sebagai presiden, Donald Trump telah mengusulkan pengurangan tajam program-program pelatihan kerja, menolak menetapkan China sebagai manipulator mata uang, dan tidak berbuat apapun untuk mencegah perusahaan-perusahaan melakukan alih daya untuk pekerjaan-pekerjaannya,” kata Senator Brian Schatz dari parta Demokrat.
Trump telah menyampaikan undangan kepada Presiden Filipina Rodrigo Duterte yang dituduh melakukan pelanggaran HAM secara besar-besaran, untuk mengunjungi Gedung Putih.
Reince Priebus, kepala staf Gedung Putih dalam acara televisi ABC "This Week" mengemukakan, “Ia telah berbicara banyak kepada semua mitra kita di Asia Tenggara. Isu yang dihadapi adalah Korea Utara. Dan sekarang ini ancaman yang dihadapi negara ini dan di kawasan tersebut tak ada yang lebih besar daripada apa yang sedang terjadi di Korea Utara.”
Di stasiun TV CBS, Trump menyebut pemimpin Korea Utara Kim Jong-un sebagai orang yang cukup cerdas dan sulit dihadapi. Ia menolak merinci tindakan apa yang akan ia perintahkan jika Pyongyang menolak menghentikan program misil dan nuklirnya. [uh/ab]