Trump, Sekjen NATO Bertemu di Tengah Ketegangan Trans-Atlantik

Presiden Trump (kanan) bersama Sekjen NATO Jens Stoltenberg di Brussles, Belgia, 11 Juli 2018. (Foto: dok).

Presiden Donald Trump hari Selasa (2/4) bertemu dengan Sekjen NATO Jens Stoltenberg di Gedung Putih, sementara organisasi yang dikritik Trump itu bersiap-siap merayakang ulang tahunnya yang ke-70 di Washington pekan ini.

Trump kerap mengecam negara-negara anggota NATO lainnya karena kurang banyak berinvestasi untuk pertahanan dan terlalu banyak mengandalkan Amerika Serikat. Selama kampanye kepresidenannya pada tahun 2016, ia mengejutkan banyak pihak di kedua sisi Atlantik karena menyebut aliansi itu “usang.”

Trump menyebut apa yang ia katakan sebagai hilangnya fokus terhadap terorisme, sambil berulang kali mengklaim bahwa Amerika Serikat terlalu banyak menanggung biaya.

Sementara menteri-menteri luar negeri NATO berkumpul untuk melakukan pembicaraan pekan ini di Washington, sebagian besar pakar kebijakan luar negeri Amerika menyatakan pakta pertahanan Atlantik Utara itu adalah salah satu aliansi militer paling sukses dalam sejarah dan jauh dari usang.

Mark Simakovsky dari lembaga kajian Atlantic Council mengemukakan bahwa NATO telah memperlihatkan kemampuan beradaptasi untuk berubah pada masa lalu, mulai dari menghadapi kebangkitan kembali Rusia, mengelola krisis di bagian selatan NATO, hingga menangani beragam isu seperti isu siber. Jadi menurut Simakovsky, NATO beradaptasi dan para sekutu mengeluarkan lebih banyak untuk pertahanan.

Belanja militer menjadi isu utama bagi Trump, yang kerap menekan sekutu-sekutu di Eropa agar meningkatkan pengeluaran pertahanan mereka.

Dalam KTT NATO tahun lalu, Trump mengatakan kepada pers bahwa semua negara telah setuju untuk secara substansial meningkatkan komitmen mereka hingga ke level yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya.

Menurut pedoman NATO, negara-negara anggota harus mengeluarkan sedikitnya dua persen dari Produk Domestik Bruto mereka untuk militer setiap tahun. Tetapi hanya tujuh dari 29 negara anggota yang mencapai level tersebut tahun lalu. [uh]