Tujuh putra-putri terbaik Papua lulus dari Universitas Corban, Oregon, Amerika. Salah seorang di antaranya bahkan lulus dengan predikat magna cum laude. Gubernur Papua Lukas Enembe bersama istri datang langsung untuk menyaksikan saat membanggakan itu, yang dilanjutkannya dengan upacara tradisional bakar batu sebagai ungkapan rasa syukur.
“Saya datang bersama ibu dan beberapa pejabat Papua untuk menyaksikan langsung wisuda tujuh mahasiswa Papua di universitas ini. Saya bangga sekali pada mereka!,” ujar Lukas.
Gubernur Papua, Lukas Enembe, tidak dapat menyembunyikan rasa bangganya ketika diwawancarai VOA melalui telpon hari Senin (6/5), dua hari setelah menghadiri upacara wisuda di Universitas Corban, Oregon, Amerika. Tujuh putra-putri terbaik Papua lulus dari universitas terkemuka itu, termasuk satu orang yang lulus dengan predikat magna cum laude. Sherina Fernanda Msen, mahasiswa jurusan akuntansi, kepemimpinan dan manajemen itu bahkan dianugerahi “Top Accounting Student” oleh Oregon Society of Certified Public Accountants OSCPA.
“Saya tidak sangka lulus dengan magna cum laude. Saya memang punya passion pada numbers (angka.red), matematika dan problem solving, karena itu memilih akuntansi dan manajemen. Tapi tidak sangka dapat predikat terbaik. Saya awalnya memilih jurusan ini karena akuntansi dan manajemen mempunyai peluang besar dalam karir. Setiap perusahaan membutuhkan sistem keuangan yang baik khan,” ungkap Sherina.
Papua Kirim Ratusan Siswa Belajar dengan Dana Otonomi Khusus
Tujuh putra-putri Papua ini adalah bagian dari sekitar 30an remaja Papua yang dikirim untuk belajar ke negara bagian Oregon dengan menggunakan dana otonomi khusus.
“Yang kemarin lulus itu adalah rombongan yang pertama saya kirim dari Papua tahun 2014. Mereka ini dikirim dengan dana otonomi khusus karena saya rasa perlu anak-anak kita belajar ke mana saja, ke dalam dan luar negeri. Kami kirim sebagian ke luar negeri karena belum banyak anak Papua mengenyam kesempatan pendidikan di luar negeri. Mengapa di Jawa bisa ada banyak anak dikirim ke luar negeri jadi dokter dan sebagainya, tapi Papua tidak? Itulah sebabnya saya ingin mereka belajar ke luar negeri,” papar Lukas.
Ditambahkannya bahwa sejak program mengirim putra-putri Papua ke luar negeri ini dimulai tahun 2014, sudah sekitar 500 orang belajar di berbagai negara, sebagian besar di Amerika.
“Tiga ratus enam puluh mahasiswa kita belajar di Amerika, kami kirim belajar di berbagai kampus, di 23 negara bagian,” imbuhnya.
Lebih jauh Lukas Enembe mengatakan ia tidak mensyaratkan mereka yang sudah lulus ini untuk kembali ke Papua, karena menurutnya mengharumkan nama Indonesia dan Papua dapat dilakukan di mana saja.
“Pemerintah tidak mengharuskan mereka kembali untuk mengabdi. Mereka boleh mengabdi di mana saja di seluruh dunia asal tetap menjadi warga negara Indonesia, warga asli Papua. Itu harapan saya. Tentu saja mereka bisa kembali untuk membangun ke Papua, tetapi kami tidak mengharuskan. Bagi kami, mereka bisa mengharumkan nama Papua, nama Indonesia di mana saja. Jangan terpaku harus ada di Papua saja. Mereka yang tidak pulang pun tidak kami haruskan mengembalikan uang kuliah selama ini,” pesannya.
Meski Tak Diharuskan Mengabdi di Papua, Sherina Ingin Pulang Kampung
Yang menarik, Sherina Fernanda, yang kini sudah mendapat tawaran melanjutkan pendidikan strata dua dari tiga kampus bergengsi lain di Amerika, justru ingin pulang kampung.
“Saya pribadi malah ingin pulang ke Papua. Saya rindu Papua. Memang benar seperti kata Bapak Gubernur bahwa anak-anak Papua bisa mengharumkan nama Papua dan Indonesia dimana pun juga, tidak perlu harus dari Papua. Dengan kita bekerja dan berprestasi di tempat lain, kita bisa bantu Papua dan Indonesia dari tempat itu. (Tetapi kenapa Sherina justru ingin pulang?) Saya memang memimpikan pulang kembali dan bekerja di Papua. Saya asli dari Biak, tetapi tinggal di Jayapura. Saya ingin pulang," aku Sherina.
Sherina Fernanda memang berbeda dengan mahasiswa kebanyakan. Selain kuliah, sehari-hari ia juga bekerja sambilan dengan memberikan tutoring atau semacam les pribadi kepada mahasiswa lain yang membutuhkan tambahan bimbingan.
“Tapi saya selalu libur pada hari Sabtu agar saya bisa mendekatkan diri pada Tuhan, bisa tetap membaca Alkitab, dan baru kemudian bertemu teman-teman dan beristirahat. Bagaimana pun hidup kita harus balanced khan?,” tambahnya.
Syukuri Kelulusan, Putra-Putri Papua Gelar Upacara “Bakar Batu”
Rasa syukur Gubernur Papua Lukas Enembe, seluruh mahasiswa dan mereka yang baru lulus wisuda itu dituangkan dalam upacara tradisional bakar batu Sabtu sore.
“Kami buat bakar batu yang cukup bagus di dekat asrama mahasiswa di pinggiran kampus Oregon itu. Kami undang seluruh mahasiswa dan warga di sekitarnya. Dalam upacara tradisional seperti itu dosen-dosen mereka dan juga saya sendiri memberi pesan dan nasehat untuk kehidupan mereka kelak. Kita sambut mereka, bangga dan beri penghargaan buat mereka. Benar-benar suasana kekeluargaan yang mengharukan,” kata Lukas.
“Bakar batu ini tradisi dari Papua. Adik-adik kami yang tadinya ingin buat untuk wisuda, tapi begitu tahu Bapak Gubernur datang, kami ajak sama-sama datang. Ini kedua kalinya kami buat upacara bakar batu karena kami merasa bersyukur sekali dengan apa yang sudah diraih, dan berpikir mengapa tidak buat upacara tradisional kita di sini. Teman-teman bule saya banyak yang surprise melihat bakar batu,” tutur Sherina.
Mengakhiri pembicaraan dengan VOA, Sherina Fernanda mengatakan sedang mempertimbangkan apakah akan melanjutkan pendidikannya terlebih dahulu baru pulang ke Papua, atau pulang kampung dulu baru kuliah lagi. “Yang pasti saya ingin pulang,” tegasnya. (em)
Your browser doesn’t support HTML5