Kekerasan politik sporadis pecah di Nigeria, Sabtu (11/4), menewaskan tujuh orang ketika para pemilih mendatangi tempat-tempat pemungutan suara untuk memilih gubernur dan anggota parlemen.
Warga memilih 36 gubernur negara bagian. Jumlah warga yang memilih sepertinya lebih sedikit dibandingkan dengan pemilu presiden nasional dua minggu lalu, ketika Muhammadu Buhari mengalahkan petahana Goodluck Jonathan.
Sejarah politik modern Nigeria telah tercoreng dengan kudeta, dan mantan presiden Jonathan menjadi kepala negara pertama yang digeser dalam peralihan kekuasaan yang damai.
Para pemantau pemilu melaporkan tujuh orang tewas di negara bagian Rivers. Kantor Komisi Pemilu Nasional Independen di Buguma dilempar dinamit, dan sebuah kekerasan lain dilaporkan terjadi di negara bagian Lagos, Delta, Ebonyi, dan Akwa.
“Pembunuhan-pembunuhan ini merupakan kekerasan bermotif politik yang lebih luas – selain pembakaran dan pencurian bahan-bahan pemilu,” kata Ruang Pemantau Masyarakat Madani Nigeria dalam pernyataan. Ditambahkan bahwa peraturan pemilu di banyak TPS “dilanggar secara terang-terangan.”
Kekerasan hari Sabtu itu kontras dengan pemungutan suara yang cukup damai yang dimenangkan Buhari bulan lalu, tanpa adanya pemilu putaran kedua.
Aksi kekerasan juga dilaporkan terjadi di negara bagian Lagos, Delta, Ebonyi dan Akwa.
Sebanyak 36 gubernur negara bagian di Nigeria merupakan sosok politik yang paling berpengaruh di negara produsen minyak terbesar dan ekonomi terkuat di Afrika itu.