Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengabaikan kemungkinan Uni Eropa menjatuhkan sejumlah sanksi terhadap Turki, dengan mengatakan sanksi-sanksi itu tidak akan mempengaruhi negaranya.
Berbicara kepada wartawan sebelum berangkat mengunjungi Azerbaijan, Rabu (9/12), Erdogan juga menuduh Uni Eropa bertindak "tidak jujur" terhadap Turki dan gagal memenuhi janjinya.
Komentar Erdogan muncul menjelang pertemuan di Brussels di mana para pemimpin Uni Eropa dijadwalkan membahas misi Turki mengeksplorasi cadangan gas di perairan yang diklaim oleh Yunani dan Siprus – dua anggota Uni Eropa lainnya. Pertemuan itu kemungkinan juga akan memutuskan apakah akan menjatuhkan sejumlah sanksi kepada Turki.
"Keputusan untuk menjatuhkan sanksi terhadap Turki, teman-teman terkasih, tidak akan menjadi keprihatinan besar Turki," kata Erdogan kepada wartawan.
Pada pertemuan puncak pada Oktober lalu, para pemimpin Eropa memperingatkan Turki agar menarik kapal riset energinya atau menghadapi kemungkinan terkena hukuman.
BACA JUGA: Perancis Peringatkan Turki Terkait ProvokasiAkhir bulan lalu, kapal survei seismik Turki Oruc Reis kembali ke pelabuhan, seperti yang pernah dilakukan sebelum pertemuan Uni Eropa Oktober lalu.
Namun, kapal penelitian lain, Barbaros Hayreddin Pasa, tetap berada di lepas pantai barat daya Siprus.
Ketegangan antara sekutu NATO Turki dan Yunani meningkat selama musim panas lalu setelah Turki mengirim Oruc Reis yang dikawal oleh fregat angkatan laut ke perairan yang disengketakan.
Yunani juga mengirim kapal perangnya ke perairan itu, dan kedua negara sama-sama melakukan latihan militer di sana untuk menegaskan klaim mereka.
Turki mengatakan pihaknya membela hak-hak energinya serta orang-orang Siprus Turki yang memisahkan diri, sementara Athena dan Nikosia menyebut tindakan Turki sebagai pelanggaran terhadap perairan teritorial mereka.
Sementara itu, Erdogan menggambarkan ancaman sanksi AS terhadap Turki atas keputusan Turki untuk membeli sistem pertahanan udara buatan Rusia sebagai "tidak pantas". Ia mengatakan ia berharap dapat membahas masalah tersebut dengan presiden terpilih AS Joe Biden.
"Biarkan Biden mengambil alih jabatan dulu. Mungkin setelah dia menjabat kami akan duduk dengan Biden dan berbicara tentang masalah tertentu," kata Erdogan. [ab/uh]