Media pemerintah menyatakan serangan-serangan udara itu menewaskan sejumlah militan di kawasan Sinat-Haftanin. Turki kerap melancarkan serangan udara serupa sebagai bagian kampanyenya terhadap para anggota Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang telah melancarkan pemberontakan selama puluhan tahun.
Polisi di Istanbul menahan 17 tersangka militan dalam penggerebekan Kamis pagi di beberapa lokasi d ikota itu, termasuk kantor-kantor Partai Demokratik Rakyat yang pro-Kurdi.
Serangan bom hari Rabu (10/8) itu mencakup dua serangan yang berlangsung hampir bersamaan. Salah satunya adalah serangan bom pinggir jalan di kota Kiziltepe yang menewaskan tiga orang, dan satu lagi adalah serangan bom mobil yang menewaskan lima orang di kawasan bersejarah di Diyarbakir. Kedua serangan itu ditujukan pada mobil-mobil polisi yang berlalu, tetapi sebagian besar korban yang tewas adalah warga sipil.
Serangan bom sebelumnya, juga diduga dilakukan PKK, menewaskan empat tentara dan melukai sembilan lainnya di dekat perbatasan dengan Irak.
Menteri Pertahanan Amerika Ash Carter menyampaikan ucapan belasungkawa kepada para korban serangan, dalam suatu pernyataan yang mengemukakan solidaritas Washington dengan Turki dalam memberantas aktivitas teroris. Kedua negara menganggap PKK sebagai organisasi teroris.
“Kami bahu membahu dengan sekutu Turki kami dengan mengutuk keras serangan-serangan tercela ini, yang tampaknya ditujukan pada personel keamanan Turki,” kata Carter. Amerika tetap berkomitmen untuk bekerjasama erat dengan Turki, baik dalam koalisi negara-negara yang memerangi kelompok ekstremis ISIS di kawasan maupun dalam aliansi NATO.
Sejak gencatan senjata dengan PKK ambruk tahun lalu, lebih dari 600 personel keamanan Turki dan ribuan militan PKK tewas, sebut kantor berita pemerintah Anadolu. Kelompok-kelompok HAM menyatakan ratusan warga sipil juga tewas. [uh/ab]