Militer Ukraina, Selasa (19/4), menyatakan pasukan Rusia berfokus pada upaya mengambil alih penuh Donetsk dan Luhanks, daerah-daerah strategis di bagian timur negara itu yang akan memungkinkan Rusia terhubung dengan Semenanjung Krimea yang direbutnya delapan tahun silam.
Pernyataan dari staf umum militer, yang juga mengatakan “serangan misil dan udara Rusia terhadap sasaran sipil di seluruh Ukraina tidak berhenti”, muncul sehari setelah Rusia meluncurkan serangan yang telah lama diperkirakan di bagian timur Ukraina, setelah penarikan mundur dari daerah-daerah di sekitar Kyiv.
“Sekarang, kami dapat menyatakan bahwa pasukan Rusia telah memulai pertempuran untuk merebut Donbas, yang telah mereka persiapkan sejak lama,” kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam pidato melalui video pada hari Senin (18/4) malam.
Ia mengatakan “satu bagian signifikan dari keseluruhan militer Rusia sekarang berkonsentrasi pada ofensif ini.” Wilayah Donbas mencakup Luhanks dan Donetsk, dua provinsi yang sebagian telah dikuasai separatis dukungan Rusia, bersama dengan kota pelabuhan Mariupol yang terkepung di bagian selatan.
Rusia telah meminta pasukan Ukraina yang tersisa di Mariupol agar meletakkan senjata mereka, termasuk ultimatum baru dengan tenggat Selasa sore. Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan mereka yang menyerahkan akan “terjamin keselamatannya.” Ukraina telah menolak semua tuntutan agar menyerahkan kota itu.
Kementerian Pertahanan Rusia pada Selasa menyatakan pasukannya menghantam lebih dari 1.200 sasaran dengan serangan misil dan artileri semalam, termasuk puluhan lainnya di Ukraina Timur.
BACA JUGA: Zelenskyy Katakan Pasukan Rusia Lakukan ‘Teror Disengaja’Juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan kepada wartawan hari Senin bahwa Rusia telah memusatkan serangan-serangan itu di Donbas dan daerah-daerah di selatan, terutama di Mariupol “di mana sebagian besar aktivitas serangan mereka telah berlalu.”
Kirby mengatakan Rusia telah memindahkan “artileri, pesawat rotor, dukungan helikopter, komando dan kontrol” untuk membantu upayanya di Donbas.
Para pejabat kemanusiaan telah mengemukakan keprihatinan mengenai gangguan dalam mengirimkan pasokan ke warga di daerah tersebut yang telah menghadapi sebagian kekerasan terburuk, termasuk Mariupol, dan untuk mendirikan koridor-koridor aman bagi warga sipil yang ingin mengungsi.
BACA JUGA: Ukraina: Kota Mariupol Masih BertahanDeputi PM Ukraina Iryna Vereshchuk pada Selasa mengatakan tidak akan ada koridor kemanusiaan yang aktif selama tiga hari berturut-turut karena tidak adanya kesepakatan dengan Rusia.
Kepala bantuan kemanusiaan PBB Martin Griffiths mengatakan kepada wartawan hari Senin bahwa kedua pihak perlu merundingkan gencatan senjata yang bermakna untuk memfasilitasi bantuan bagi warga sipil.
Sementara itu Presiden AS Joe Biden mengadakan pembicaraan melalui video dengan sekutu-sekutu pada Selasa untuk membahas apa yang disebut Gedung Putih “berlanjutnya dukungan bagi Ukraina dan upaya-upaya untuk menuntut pertanggungjawaban Rusia.”
Di Denmark, PM Mette Frederiksen mengatakan negaranya harus bertindak secepat mungkin untuk independen dari pasokan gas Rusia. Denmark akan meningkatkan produksi gas alamnya untuk waktu yang terbatas sambil juga berupaya memproduksi sebanyak mungkin energi dari sumber-sumber terbarukan, kata Frederiksen.
“Kami yakin lebih baik memproduksi gas di Laut Utara daripada membelinya dari Vladimir Putin,” ujar Frederiksen.
Anggota Uni Eropa mengandalkan impor gas Rusia untuk memenuhi sekitar 40 persen kebutuhan mereka. Denmark tidak termasuk di antara negara-negara Uni Eropa yang sangat bergantung pada Rusia dalam bidang energi.
Zelenskyy telah mendesak negara-negara Uni Eropa untuk menghentikan impor energi mereka dari Rusia dan agar negara-negara Barat menjatuhkan sanksi kepada industri minyak Rusia untuk menekan Putin agar menghentikan invasi.
Meskipun beberapa pemimpin telah menyatakan kesediaan untuk mengurangi atau mengakhiri impor, mereka juga menyatakan khawatir akan dampak penghentian mendadak terhadap ekonomi mereka. [uh/ab]
[uh/ab]