Selain mendorong doa untuk para korban perbudakan, kelompok-kelompok agama ini sepakat untuk "menghapuskan rantai pasokan dan investasi dari perbudakan."
VATICAN CITY —
Gereja Katolik Roma, Gereja Inggris dan al-Azhar, pusat pembelajaran Muslim Sunni di Kairo, bersatu pada Senin (17/3) untuk bekerja sama mendesak pengakhiran perbudakan modern dalam 20 tahun.
Pernyataan gabungan mereka membentuk "Jaringan Kebebasan Global" yang mendeklarasikan bahwa "eksploitasi fisik, ekonomi dan seksual terhadap laki-laki, perempuan dan anak-anak" telah menjebak 30 juta orang di seluruh dunia dalam perbudakan.
Selain mendorong doa untuk para korban perbudakan, kelompok-kelompok agama ini sepakat untuk "menghapuskan rantai pasokan dan investasi dari perbudakan dan mengambil tindakan remedial jika diperlukan" dan mendesak media, pemerintah dan perusahaan untuk melakukan hal yang sama.
Hubungan antara Vatikan dan Gereja Inggris berhubungan baik, meski mereka berbeda pendapat dalam isu pendeta perempuan dan homoseksualitas, sementara hubungan Roma dengan al-Azhar telah mencair setelah tiga tahun terpisah dengan dingin.
Uskup Marcelo Sanchez Sorondo, yang menandatangani dokumen untuk Vatikan, mengatakan Paus Fransiskus menggambarkan perdagangan manusia dan perbudakan zaman modern, mulai dari prostitusi paksa sampai buruh tani kontrak, sebagai "kejahatan terhadap kemanusiaan."
Ia mengatakan contoh langka dari kerjasama antara komunitas Katolik dan Anglikan serta al-Azhar di Kairo dapat membantu membangun hubungan yang lebih erat antar agama.
"Saya kira ini pertama kalinya kita bekerjasama seperti ini," ujarnya pada jurnalis, menambahkan bahwa hubungan antar agama memerlukan studi dan perlakuan yang hati-hati.
"..untuk nilai-nilai kemanusiaan yang umum kita dapat bekerjasama dan hal ini dapat menjadi langkah penting untuk jalur teoretis," ujarnya.
Uskup Agung Canterbury Justin Welby, kepala Gereja Inggris dan pemimpin spiritual bagi Komuni Anglikan di seluruh dunia, mengatakan dalam pernyataan Anglikan dan Katolik telah menjalankan dialog secara dekat dengan satu sama lain sejak 1966.
Hubungan al-Azhar dan Roma membeku pada 2011 setelah Paus Benediktus saat itu mengecam serangan atas umat Kristiani di Mesir, Irak dan Nigeria dan mengatakan hal itu menunjukkan kebutuhan akan perlindungan yang lebih baik atas minoritas agama di negara-negara tersebut.
Mahmoud Azab, yang menandatangani persetujuan itu untuk Imam Besar al-Azhar Sheikh Ahmed el-Tayeb, mengatakan pengalaman dalam tiga tahun terakhir menunjukkan pertemuan dan pembicaraan "tidak cukup."
Setelah pemilihan Paus Fransiskus setahun yang lalu, ia mengatakan "begitu kami melihat tanda-tanda yang baik, kami langsung memperbaiki hubungan. Kami hanya mencari sebuah agenda."
Inisiatif ini terkait dengan Walk Free Foundation, sebuah badan amal yang dibentuk taipan bijih besi Australia Andrew Forrest untuk memberantas perbudakan era modern. (Reuters/James Mackenzie)
Pernyataan gabungan mereka membentuk "Jaringan Kebebasan Global" yang mendeklarasikan bahwa "eksploitasi fisik, ekonomi dan seksual terhadap laki-laki, perempuan dan anak-anak" telah menjebak 30 juta orang di seluruh dunia dalam perbudakan.
Selain mendorong doa untuk para korban perbudakan, kelompok-kelompok agama ini sepakat untuk "menghapuskan rantai pasokan dan investasi dari perbudakan dan mengambil tindakan remedial jika diperlukan" dan mendesak media, pemerintah dan perusahaan untuk melakukan hal yang sama.
Hubungan antara Vatikan dan Gereja Inggris berhubungan baik, meski mereka berbeda pendapat dalam isu pendeta perempuan dan homoseksualitas, sementara hubungan Roma dengan al-Azhar telah mencair setelah tiga tahun terpisah dengan dingin.
Uskup Marcelo Sanchez Sorondo, yang menandatangani dokumen untuk Vatikan, mengatakan Paus Fransiskus menggambarkan perdagangan manusia dan perbudakan zaman modern, mulai dari prostitusi paksa sampai buruh tani kontrak, sebagai "kejahatan terhadap kemanusiaan."
Ia mengatakan contoh langka dari kerjasama antara komunitas Katolik dan Anglikan serta al-Azhar di Kairo dapat membantu membangun hubungan yang lebih erat antar agama.
"Saya kira ini pertama kalinya kita bekerjasama seperti ini," ujarnya pada jurnalis, menambahkan bahwa hubungan antar agama memerlukan studi dan perlakuan yang hati-hati.
"..untuk nilai-nilai kemanusiaan yang umum kita dapat bekerjasama dan hal ini dapat menjadi langkah penting untuk jalur teoretis," ujarnya.
Uskup Agung Canterbury Justin Welby, kepala Gereja Inggris dan pemimpin spiritual bagi Komuni Anglikan di seluruh dunia, mengatakan dalam pernyataan Anglikan dan Katolik telah menjalankan dialog secara dekat dengan satu sama lain sejak 1966.
Hubungan al-Azhar dan Roma membeku pada 2011 setelah Paus Benediktus saat itu mengecam serangan atas umat Kristiani di Mesir, Irak dan Nigeria dan mengatakan hal itu menunjukkan kebutuhan akan perlindungan yang lebih baik atas minoritas agama di negara-negara tersebut.
Mahmoud Azab, yang menandatangani persetujuan itu untuk Imam Besar al-Azhar Sheikh Ahmed el-Tayeb, mengatakan pengalaman dalam tiga tahun terakhir menunjukkan pertemuan dan pembicaraan "tidak cukup."
Setelah pemilihan Paus Fransiskus setahun yang lalu, ia mengatakan "begitu kami melihat tanda-tanda yang baik, kami langsung memperbaiki hubungan. Kami hanya mencari sebuah agenda."
Inisiatif ini terkait dengan Walk Free Foundation, sebuah badan amal yang dibentuk taipan bijih besi Australia Andrew Forrest untuk memberantas perbudakan era modern. (Reuters/James Mackenzie)