Badan Pengungsi PBB di Suriah Relokasi Pengungsi yang Ada di Sekolah

Sebuah keluarga Suriah yang mengungsi ke sebuah sekolah di kota Kafr Hamra, sekitar 10 kilometer dari Aleppo (foto: Dok).

UNHCR di Suriah berusaha merelokasi pengungsi yang berada di sekolah-sekolah sebelum tahun ajaran baru mulai kembali pertengahan September ini.
Badan Urusan Pengungsi PBB (UNHCR) melaporkan arus pengungsi dari Suriah terus berlanjut tanpa henti. Badan itu mengatakan, jumlah pengungsi Suriah yang terdaftar atau menunggu pendaftaran kini mencapai 230.000 orang.

UNHCR mengatakan negara-negara tetangga Suriah, Turki, Lebanon, Yordania, dan Irak, melaporkan tidak ada penyusutan jumlah orang yang masuk ke negara-negara itu. UNHCR, misalnya, melaporkan sekitar 2.200 orang tiba di Lembah Bekka, Lebanon, pekan lalu. Ini hampir dua kali lipat dari jumlah rata-rata tiap pekan.

Juru bicara UNHCR, Adrian Edwards, mengatakan, ini menyebabkan kelangkaan pemukiman yang sangat besar sambil para pekerja bantuan berjuang menyiapkan akomodasi bagi para pengungsi.

“Di seluruh Lebanon kurangnya tempat-tempat penampungan merupakan keprihatinan utama kami, karena banyak pengungsi yang masih tinggal di sekolah-sekolah yang seharusnya mulai dibuka dalam satu atau dua minggu menjelang tahun ajaran baru,” ujarnya.

Edwards mengatakan, UNHCR terus mencari tempat-tempat penampungan alternatif bagi para pengungsi yang tinggal di sekolah-sekolah tersebut. UNHCR juga membuka jalur telepon khusus bagi para pengungsi yang mendapat tekanan untuk pindah. Ia mengatakan, UNHCR pekan lalu telah menyampaikan kepada pejabat setempat daftar 11 bangunan terlantar, dan mengusulkan agar memperbaikinya sebagai tempat penampungan para pengungsi.

Edwards mengatakan, di Turki, yang kini menampung lebih dari 80.000 orang, telah dibuka dua kamp pengungsi lagi. Ia mengatakan, sejumlah pengungsi yang kini tinggal di sekolah, asrama, dan gymnasium di tujuh kota di Turki Selatan akan dipindahkan ke kedua kamp baru itu.

Ia menambahkan bahwa banyak warga Suriah yang mengungsi ke Kurdistan kini menetap di sekolah dan masjid. Di Suriah sedang diupayakan untuk menemukan penampungan alternatif bagi warga yang kini tinggal di sekolah-sekolah.

“Kami menerima daftar dari pihak berwenang yang menjelaskan sekolah-sekolah yang menjadi tempat penampungan pengungsi akibat konflik itu yang dapat terus menampung pengungsi, meskipun tahun ajaran baru dimulai dalam beberapa pekan lagi. Kantor kami di Suriah berencana melakukan pekerjaan mendesak untuk merenovasi bangunan-bangunan yang dapat digunakan sebagai tempat penampungan,” ujar Edwards.

Badan PBB Urusan Dana Anak-Anak UNICEF mengatakan ragu, banyak anak bisa memulai kembali pendidikan mereka. UNICEF mengatakan, banyak sekolah telah hancur atau rusak dalam pertempuran dan tidak layak dijadikan sekolah.

UNICEF mengatakan sekolah dalam bentuk lain perlu dikaji. Badan itu punya sebuah program yang disebut “school-in-a-box” yang digunakan secara luas di wilayah-wilayah konflik. “Sekolah” itu dilengkapi dengan materi-materi pelajaran dan bisa didirikan dengan mudah di lokasi-lokasi terpencil.