Presiden Suriah Bashar al-Assad menyalahkan negara-negara asing, terutama Turki, atas pertumpahan darah di negaranya.
Dalam wawancara yang ditayangkan televisi Rabu (29/8), Assad mengatakan kepada rakyat Suriah nasib berada di tangan mereka dan tidak di tangan orang lain. Dia menggambarkan pemberontak sebagai teroris dan mengatakan pemerintahnya perlu lebih banyak waktu untuk mengatasi apa yang disebutnya konflik “regional dan global.”
Selama satu setengah tahun terakhir pemerintah Suriah berusaha memadamkan pemberontakan dengan menggunakan kekerasan. Aksi militer telah mengakibatkan sejumlah besar kematian warga sipil sehingga menggelisahkan komunitas internasional.
Turki telah menyerukan intervensi internasional dan sebagian pejabat Suriah telah membelot, dan Perdana Menteri Riad Hijab adalah yang paling senior di antara mereka.
Assad mengatakan kepada televisi Addounia bahwa pemerintahnya sadar akan sebagian pejabat yang bodoh yang berusaha membelot dan ia memutuskan untuk membiarkan mereka pergi demi menyingkirkan para pengkhianat.
Dalam wawancara yang ditayangkan televisi Rabu (29/8), Assad mengatakan kepada rakyat Suriah nasib berada di tangan mereka dan tidak di tangan orang lain. Dia menggambarkan pemberontak sebagai teroris dan mengatakan pemerintahnya perlu lebih banyak waktu untuk mengatasi apa yang disebutnya konflik “regional dan global.”
Selama satu setengah tahun terakhir pemerintah Suriah berusaha memadamkan pemberontakan dengan menggunakan kekerasan. Aksi militer telah mengakibatkan sejumlah besar kematian warga sipil sehingga menggelisahkan komunitas internasional.
Turki telah menyerukan intervensi internasional dan sebagian pejabat Suriah telah membelot, dan Perdana Menteri Riad Hijab adalah yang paling senior di antara mereka.
Assad mengatakan kepada televisi Addounia bahwa pemerintahnya sadar akan sebagian pejabat yang bodoh yang berusaha membelot dan ia memutuskan untuk membiarkan mereka pergi demi menyingkirkan para pengkhianat.