Dalam beberapa bulan terakhir ada kekhawatiran tentang penguatan pemulihan global mendatang akan mengakibatkan lonjakan pada harga-harga dan memaksa bank-bank sentral mengurangi kebijakan moneter yang sangat diperlonggar selama ini serta telah memacu reli ekuitas selama setahun.
Surat-surat berharga AS untuk jangka waktu 10 tahun misalnya, mengalami kenaikan mencapai level tertinggi dalam satu tahun, berdasarkan asumsi taksiran suku bunga lebih tinggi di masa depan, turun kembali setelah data inflasi.
Patrick J. O'Hare dari Briefing.com meramalkan bahwa Gubernur Fed, Jay Powell "akan menyadari (angka perkiraan lebih tinggi itu) dan kemudian menyatakan bahwa angka inflasi tinggi untuk jangka dekatnya hanya bersifat sementara." Itu berarti bank sentral AS dapat mempertahankan kebijakan moneternya.
Para pedagang saham AS awalnya menjual saham Johnson & Johnson sebagai tanggapan terhadap laporan bahwa pihak berwenang AS merekomendasikan penghentian sementara vaksin COVID-19 produksi Johnson&Johnson, karena khawatir dengan efek samping berupa pembekuan darah. Langkah itu kemudian diikuti oleh pihak perusahaan J&J yang menyatakan akan menunda peluncurannya di Eropa.
BACA JUGA: Johnson & Johnson Tunda Peluncuran Vaksin COVID-19 di EropaLangkah tersebut diambil sementara produk vaksin AstraZeneca juga memunculkan keprihatinan serupa dan hal ini merupakan satu pukulan tambahan lagi dalam prakarsa imunisasi global. Namun, sejumlah analis mengingatkan bahwa vaksin-vaksin lainnya tidak memunculkan masalah apa-apa selama ini.
Pfizer juga mengatakan kapasitas produksinya mampu memproduksi lebih dari dua miliar dosis tahun 2021, sementara Komisi Uni Eropa menyatakan akan menerima tambahan 50 juta dosis vaksin Pfizer / BioNTech pada kuartal kedua yang akan mampu menutupi kekurangan Johnson & Johnson.
"Ini secara substantif akan membantu konsolidasi peluncuran kampanye vaksinasi kita," kata ketua Komisi Ursula von der Leyen. [mg/jm]