Uni Eropa Tanggapi Kekerasan Akibat Referendum Catalonia

Warga Catalonia Raimon Castellvi mengenakan bendera Estelada (bendera separatis Catalonia) saat melakukan aksi demo di luar Komisi Eropa, Brussels setelah berlangsungnya referendum kemerdekaan hari Minggu di Catalonia, Belgia, 2 Oktober 2017.

Komisi Eropa memerlukan waktu lebih dari 24 jam sebelum menanggapi kekerasan hari Minggu (1/10) dalam referendum kemerdekaan di provinsi Catalonia, bagian timur-laut Spanyol, dimana penindakan dengan kekerasan dalam unjuk kekuatan yang besar, oleh kepolisian nasional dan Pengawal Sipil Spanyol, mengakibatkan lebih dari 800 orang cedera.

Pernyataan Komisi Eropa hari Senin (2/10) tidak menyenangkan kaum separatis Catalonia.

“Kami meminta semua pihak yang terkait untuk dengan cepat beralih dari konfrontasi ke dialog,” kata badan tertinggi Uni Eropa itu dalam seruannya. “Kekerasan tidak akan pernah dapat sebagai alat politik,” katanya.

Dengan menimbulkan kemarahan kaum separatis, komisi itu menambahkan nada mendukung bagi Mariano Rajoy, perdana menteri kanan moderat Spanyol yang menghadapi tantangan tersebut, yang mengatakan komisi Eropa percaya padanya untuk “mengelola proses yang sulit, dengan menghormati UUD Spanyol dan hak warganya.”

Kaum separatis Catalonia sebelumnya mengharapkan penindakan oleh polisi yang diperintahkan oleh Madrid terhadap orang-orang yang berusaha memberi suara dalam referendum yang tidak mendapat izin itu akan mendorong para pemimpin Uni Eropa untuk turun tangan langsung dalam sengketa yang meruncing dengan pemerintah nasional di Madrid.

Tidak ada tanda-tanda Brussel ingin terjerat dalam krisis yang dikhawatirkan orang mungkin akan terjerumus ke dalam kekerasan yang bahkan lebih besar, kalau separatis Catalonia melaksanakan janjinya untuk memproklamasikan kemerdekaan provinsi yang resah itu dalam waktu 48 jam. [gp]