Uni Eropa, Turki Sepakati Rincian Kesepakatan tentang Migran

Anak-anak pengungsi Suriah menunggu kembali ke negaranya di perbatasan Turki dan Suriah di pinggiran Kilis, Turki tenggara (11/2). (AP/Lefteris Pitarakis)

Setelah berbulan-bulan berbeda pendapat dan terus berselisih di antara 28 negara Uni Eropa, para pemimpin setuju memberi Turki lebih banyak uang guna membantu pengungsi.

Pemimpin Uni Eropa hari Selasa (8/3) mencapai kemungkinan kesepakatan dengan Turki guna mengembalikan ribuan migran ke Turki. Mereka percaya kesepakatan penuh bisa dicapai pada KTT pekan depan.

Setelah berbulan-bulan berbeda pendapat dan terus berselisih di antara 28 negara Uni Eropa, para pemimpin setuju memberi Turki lebih banyak uang guna membantu pengungsi, melonggarkan persyaratan visa bagi orang Turki dan mempercepat perundingan masuknya Turki ke Uni Eropa sebagai imbalan bantuan negara itu membendung arus migrasi ke Eropa.

Presiden Perancis Francois Hollande mengatakan "KTT menimbulkan harapan bahwa masalah pengungsi bisa ditangani melalui solidaritas Eropa, dan efisiensi dalam kerjasama dengan Turki."

Semua perhatian kini tertuju pada 17 Maret dan awal KTT dua hari guna menuntaskan komitmen dan menyetujui kesepakatan yang diharapkan pemimpin itu mampu mengembalikan situasi normal di perbatasan negara mereka pada akhir tahun.

Tetapi kesulitan mencapai kesepakatan tampak dari pembicaraan, yang mundur berjam-jam dari jadwal. Turki, yang menampung sekitar 2,7 juta orang Suriah, dilaporkan meminta tambahan US$3,3 milyar dari Uni Eropa, kira-kira dua kali jumlah yang dijanjikan blok 28-negara tersebut.

Tuntutan baru juga mencakup kesepakatan Uni Eropa untuk memukimkan kembali satu pengungsi Suriah dari Turki sebagai imbalan tiap pengungsi Suriah yang diterima kembali oleh Turki dari Yunani. Selain itu, pemerintah Turki ingin mempercepat pembicaraan mengenai keanggotaan Uni Eropa yang tidak banyak membuat kemajuan selama bertahun-tahun.

Sementara itu, ribuan migran kini terjebak di Yunani sejak Makedonia, yang bukan anggota Uni Eropa, menutup perjalanan mereka ke utara sebagai bagian rentetan pengawalan perbatasan yang diterapkan negara-negara Balkan.

Semakin banyak migran tiba atau meninggal ketika mencoba menyeberangi lautan. Menurut laporan berita, setidaknya 18 pencari suaka tenggelam di lepas pantai Turki hari Minggu. Menjelang KTT Brussels, lembaga hak asasi manusia Human Rights Watch mengingatkan, potensi kesepakatan dengan Turki akan berarti "kebijakan cacat dan bisa membahayakan arus pengungsi" di Laut Aegea.[ka/al]